Summary 9


SAMBUNGAN RANGKUMAN / SUMMARY 9

Diperkosa Massif Di Mobil
Dan anehnya kini Bobby mengeluarkan cairan dari botol kecil yang terdapat dari tasnya, lalu cairan itu dioleskan pada penisku ini hingga terasa dingin dan hangat pula. Kemudian Bobby membelai-belai penisku ini hingga tetap bangun juga sepertinya Bobby memberikan ramuan agar kuat dan bangun terus. Kini terdengar Bobby berbicara juga. “Let’s go to the party guys…!!” Kata Bobby, diikuti oleh yang lainnya pada membuka seluruh pakaiannya itu yang hanya pada memakai celana dalam itu saja. Dan tampak para Man Escort dan para Lady Escort juga kini pada melepaskan jubahnya itu, kini ternyata terlihat mereka pada tidak memakai pakain juga, hanya tertutupi jubah merah tua itu saja. Pantas kursi mobil Land Rover itu di set seperti tempat tidur ternyata untuk melanjutkan pesta sex dan freesex di dalam mobil itu pula dalam perjalanan menembus Bandung itu.
Aneh dan herannya kini Bobby malah memeluk tubuhku erat sekali sambil membelai-belai tubuhku, juga menciumi bibirku juga, bahkan Oh My God, kini Bobby juga mengangkat tubuhku dan didudukan ditubuhnya dan kini aku benar-benar diperkosa dengan cara disodomi dari belakangnya sementara seorang Lady Escort bernama Karin, diminta oleh Bobby untuk memperkosa aku dari bagian depannya ini. Dan adegan seperti itu diikuti oleh yang lainnya karena mereka suka pada suka dan bahkan para Man Escort dan Lady Escort itu telah di bookinya pula oleh mereka semua. Aku diperkosa bagian belakang oleh Bobby sementara bagian depan aku diperkosa oleh Karin yang langsung berciuman denganku dan Bobby itu sendiri, sementara mobil Land Rover tetap berjalan terus secara pelan-pelan saja sesuai dengan instruksi boss-nya itu.
Aku menagis dan dalam hati menjerit namun aku tak berdaya. Aku menteskan air mata dan hanya diam saja karena memang tubuhku sedang lemas pula. Kini badanku serasa terkoyak-koyak baik dari bagian belakang maupun dari bagian depan oleh Karin itu. Karin sendiri seperti yang nafsu pula kadang-kadang menciumi aku dan kadang-kadang berciuman dengan Bobby itu bahkan dengan yang lainnya pula saling bergantian.
Bersamaan dengan itu pula kini salah seorang Man Escort juga diminta Bobby bergabung dengannya, bahkan mulutku dibukanya lebar-lebar dan alat vital Man Escort yang besar dan panjang itu dibasukan ke dalam mulutku ini sepuasnya hingga aku semakin tak dapat berbicara, rahang tergorokanku tersumbat oleh alat vital Man Escort itu sendiri hingga sakit dan sukar untuk bernafas. Aku menteskan air mata juga dan benar-benar tak dapat berbuat apa-apa, hanya kepasrahan semata. Kemudian Man Escort setelah puas memasukan alat vitalnya kemulutku sambil mendesah dan mengerang penuh dengan kenikmatan, lalu memasukan alat vitalnya kemulut Bobby juga, dan Bobby nafsu sekali melakukannya itu sementara alat vital Bobby masih menacap dibelakang tubuhku ini.
Kemudian aku dibaringkan di kursi tempat tidur itu, lalu aku diperkosa kembali oleh Diaz dan salah seorang Man Escort itu hingga mereka mengerang dan mendesah penuh kenikmatan pula. Bersamaan dengan itu kini salah seorang Lady Escort juga bergabung atas permohonan Diaz dan memperkosa aku juga, sepertinya mereka tidak menyadarinya jika aku ini tidak dapat berbicara, dan hanya kepasrahan saja. Dan yang lainnya juga masih tetap bercinta dengan suka sama suka sama dengan yang terjadi denganku ini. Pelukan dan erangan kenikmatan mereka memeluk tubuhku semakin erat membuatku semakin tidak karuan dan rasanya sedih dan pedih sekali mengapa aku menjadi diperkosa kembali secara massif seperti ini. Mengapa Budi tidak ikut bersamaku. Jika saja Budi ikut bersamaku aku yakin tidak akan terjadi pemerkosaanku didalam mobil Land Rover itu walau Budi sama-sama melakukan freesex dan sex party itu, Budi pasti akan melindungiku ini karena aku tahu jika Budi itu mencintaiku juga namun terhalangi akan menikah pula dengan seorang perempuan di Palembang itu.
Baru saja Diaz dan salah seorang Man Escort itu berhenti pada memperkosaku karena telah ereksi, kini Rizal juga memeluk tubuhku sambil berbicara. “Abang yang sexy dan dadanya berbulu, izinkan aku memeluk tubuhmu, Bang.” Kata Rizal sambil memeluk aku, namun Oh My God, kini Rizal juga menancapkan alat vitalnya pada bagian belakangku, kini aku benar-benar diperkosa baik bagian belakang maupun bagian depan oleh para Lady Escort itu pula secara bergiliran. Dan mulutku juga kini harus menerima alat vital Bobby yang besar dan panjang dan secara terus menerus dimasukan pada mulutku secara oral hingga aku tak dapat bergerak sedikitpun juga. Bahkan kini selain para Lady Escort memerkosa aku atas dasar permintaan Bobby, kini para Man Escort juga pada memerkosa aku pula hingga bagian belakangku terasa sakit sekali karena beberapa orang Man Escort itu alat vitalnya besar dan panjang sekali.
Aku benar-benar tidak dapat apa-apa yang aku rasakan kesakitan dan kepedihan hati dan persaan ini disertai air mataku yang menetes secara terus menerus pula sepanjang perjalan dan sepanjang sex party dan / atau freesex di dalam mobil Land Rover itu berlangsung di jalan bebas hambatan sekaligus pada memperkosaku sesukanya itu. Hati dan perasanku semakin tidak terkendali dalam ketidak berdayaan karena badan telah lemah dan lemas juga dan diperkosa baik dari belakang, maupun dari bagian depan termasuk sex oral itu sehingga mulutku bagai tersumbat alat vital akhirnya aku semakin sakit dan tidak tahu lagi apa yang selanjutnya terjadi, yang aku ingat alat vital para Man Escort yang ukurannya sangat besar-besar itu pada menancap dibelakang dan mulutku ini hingga aku semakin tak berdaya kembali dalam kesakitan mental juga karena trauma itu. Tubuhku bagai terkoyak-koyak dan sakit luar dalam baik secara fisik maupun secara hati dan perasaan. Raungan, erangan, desahan kenikmatan terdengar seiring pemerkosaan secara massif itu, dan aku bagaikan hanya pasrah dalam ketidak berdayaanku ini.
Aku sendiri berharap rombongan Fedro dapat menolongnya yang terdapat dimobil yang lainnya itu namun sepertinya pada tidak mengetahuinya pula apa yang sedang terjadi dalam Mobil Land Rover ini, atau mungkin sama-sama pada melakukan hal yang sama dengan para Lady Escort dan para Man Escort yang telah pada di booking itu pula. Aku merasakan dan melihat semua Lady Escort dan para Man Escort itu pada memperkosaku semuanya secara massif termasuk teman-teman Gay/Bisex itu dalam Sex Party dan Freesex yang berlangsung dalam mobil itu pula. Dan benar juga prediksiku, ternyata tadi Bobby memoles cairan sebagai obat kuat sehingga penisku bangun terus, terbukti para Lady Escort juga hingga silih berganti memperkosaku ini bersama yang lainnya dari bagian belakangku ini. Bahkan Bobby dan yang lainnya juga oral pada penisku ini termasuk memperkosaku dari bagian depanku pula sama dengan yang lainnya itu pula.
Aku yang lemah, sedang sakit mental dan jiwa ini benar-benar diperkosa baik dari bagian belakang maupun dari bagian depan, baik oleh laki-laki maupun oleh perempuan itu pula. Juga mulutku ini disumpal oleh penis-penis para Man Escort yang ukurannya besar-besar dan panjang-panjang itu secara oral paksa pula sehingga aku semakin tak berdaya pula menghadapinya itu. Kedua bola mata aku juga serasa nyaris pada keluar copot karena perasaan itu tidak karuan sekali. Para laki-laki Bisex itu memperkosaku dari bagian belakang disusul memperkosaku dari bagian depannya pula, sementara mulutku dimasukkan penis yang lainnya itu seenaknya sendiri, sepertinya mereka benar-benar ekplorasi sex dalam selancar cinta terselubung dan terlarang ini. Dan penis para Man Escort juga sepertinya pada diobatin khusus, ukurannya besar-besar dan panjang-panjang hingga bagian belakangku juga kini terasa sakit sekali, dan tenggorokanku juga tak dapat menampungnya hingga aku serasa disumpal oleh benda halus dan sangat berbahaya itu seakan-akan penis-penis itu pada menembus tenggorokanku ini yang ukurannya jauh lebih kecil sekali dibanding ukuran penis-penis itu. Aku hanya dapat meneteskan air mata dalam salah tingkah tak berdayanya setengah sadar ini, hingga aku lupa adegan pemerkosaan selanjutnya gaya apa lagi bersama tetesan air mata yang mengalir selama dalam pemerkosaan tubuhku di dalam mobil Land Rover. Rasanya aku bagai disiksa baik secara fisik maupun mentalku ini.                
=====o0o=====

Rehabilitasi Teraphi Mental & Jiwa
Petang hari berikutnya, ketika aku membuka mata secara perlahan-lahan, aku dapat melihat sosok dua orang laki-laki pada sedang berdiri didepanku secara samar-samar tidak jelas, namun tidak lama kemudian aku pingsan tak sadarkan kembali. Tepat jam 24:15 WIB., aku membuka mata kembali secara perlahan-lahan karena dikagetkan dengan mendengar bunyi suara orang-orang yang sedang pada mengaji bagai dalam acara tahlilan itu. Dan ketika aku membuka mata lebar-lebar kembali ternyata aku sedang berbaring disalah satu ranjang dikamar salah satu Rumah Sakit di Bandung, Jawa Barat. Aku juga kaget, lalu menatap kesana kemari, tampak ransel dan perlengkapanku berada dimeja samping kepalaku pula. Aku menatap semua orang itu ternyata kini banyak sekali, terlihat semua anggota keluargaku pada sedang memperhatikanku serta sebagian pada sedang mengaji untukku pula. Lalu aku menatap Ibuku yang berada disampingku ini, serasa mengingatkan pada kejadian dengan Alamarhum Ayahnya Hadi itu. Namun kini tampak aku yang sedang menjadi pasiennya ini.
Aku juga menjadi teringat ketika aku sedang mendorong mayat itu dari koridor ke koridor hingga memasuki ruang jenazah bahkan hingga memasuki mobil ambulan serta memakamkan Ayahnya Hadi itu. Dan kemudian Hadi sendiri memperlakukanku seperti itu hingga nasibku terombang ambing dan kini menembus Rumah Sakit dan berbaring itu pula, tanganku kini di infuse dan pernafasanku dibantu selang oxygen pula. Aku teringat dengan harapan Hadi jika aku mati juga tidak akan perduli lagi, dan memang harapannya, agar aku tidak dapat mengganggu hubungan intimnya itu dengan siapapun juga. Aku berbaring di Rumah Sakit ini memang harapan dan target Hadi itu untuk melenyapkan aku ini agar tidak mengganggunya dalam kebebasan sex Hypersex Gay-nya itu.

Kemudian aku menatap pada semua ruangan itu, ternyata tampak aku telah memasuki ruangan ICU (Insentive Care Unit) itu pula, terlihat segala perlengkapannya komplit sekali disana. Tampak ruangannya besar sekali dan dilengkapi berbagai perlengkapan medis (ICU) itu. Dan seluruh ruangannya terlihat di steril pula, orang-orangnya hampir semuanya pada memakai seragam seperti para petugas pula. Aku teringat dengan sikap dan tindakan Hadi itu hingga aku diusirnya pula berdampak seperti ini. Tiba-tiba aku meneteskan air mata pilu dan masih tak dapat berbicara sepatah katapun juga, hanya tatapan bola-bola mata saja yang kadang-kadang bergerak-gerak sambil memperhatikan semuanya itu.
“Rick. Udah sembuh? Saya ga ridho jika kamu meninggal dunia. Jangan tinggalkan saya.! Kamu jangan meninggal dulu..!!” Ratap Ibuku terbata-bata sambil meneteskan air matanya pula, tangan Ibuku memegang tangan kananku ini juga. Kini semua anggota keluargaku yang dari Kuningan, Jawa Barat, tampak terlihat pada telah berkumpul di dalam kamar Rumah Sakit itu. Aku tak dapat menjawab pernyataan Ibuku, lalu aku hanya terderai air mata saja sambil menatap semua anggota keluargaku itu. Sepatah katapun aku tetap tak dapat mengucapkannya, hanya air mata yang mengalir secara terus menerus, hati dan perasaan menahan luka hati dan derita yang bagaikan tersayat-sayat silet sangat tajam pula. Aku teringat dengan sumpah serafah Hadi yang selama ini telah hidup bersamaku “RASAIN LOH..!! TAHU RASA LOH.!!” dalam senyum sinisnya itu, menambah sakit dan pedih perasaan ini.
Tetapi dalam hatiku aku berterima kasih pada semuanya khususnya pada Ibuku yang telah sepuh dan berada disekitarku itu dan kini meratap dan menangis menyaksikan anaknya seperti ini. Aku juga menjadi teringat telah berulang kali membasuh Ibu Jari dan jari-jari kaki Ibuku dengan air bening dan airnya aku minum sekaligus memohon do’a Ibuku agar aku diampuni atas segala dosaku selama ini dan lekas mendapatkan pekerjaan namun hingga aku berbaring di Rumah Sakit itu aku belum mendapatkan pekerjaan kembali. Aku mengharapkan do’a Ibuku sambil menatap Ibuku yang kini sama-sama meneteskan air mata pula. “Kamu jangan tinggalin Ibu, Rick..!! Kamu diapain sama si Hadi itu.!!??” Kata Ibuku sambil menatap tajam aku yang masih berbaring dan meneteskan air mata kepedihan ini. Bertepatan dengan itu muncul dokter dan menyuntik tangan kananku, lalu memberikan obat padaku pula agar segera diminumnya pula. Setelah aku minum obat dibantu oleh yang lainnya, aku hanya berbaring kembali dan hanya dapat menatap kesana-kemari saja bersama air mata kesedihan dan kepedihanku ini. Aku sempat melihat sosok pengarang buku itu dibelakang keluagaku ini dalam tatapan tajamnya pula. Dan tidak lama kemudian aku pingsan kembali, entah karena pengaruh obat atau trauma tekanan mental jiwaku ini yang selama ini aku tahan-tahan sekuat semampuku ini untuk menghindarkan terjadinya saling hajar dengan Hadi dan Roby itu yang akan menambah masalah baru kembali.
Satu minggu kemudian aku membuka mata kembali, dan kini tampak ruangannya telah berubah dan berbeda, dan aku dapat menyaksikan banyak sekali orang yang pada sedang membesuk aku ini, terlihat pada sedang mengelilingi ranjang tempatku berbaring dan dirawat itu, temasuk Fedro itu. Namun aku belum dapat berbicara sepatah katapun juga, mulut dan tenggorokan serta kerongkongannya masih sakit pula bekas alat vital para Man Escort dan teman-temanku yang ternyata pada memperkosa itu, khususnya alat vital para Man Escort yang memang ternyata mungkin diberi obat agar ukurannya besar dan panjang pula untuk membuat puas para clients-nya itu. Bagian belakangku juga masih terasa sakit sekali dan hingga dalamnya pula. Alat vitalku juga masih terasa sakit karena selain diperkosa oleh para Lady Escort itu, aku juga diperkosa oleh yang lainnya dengan cara alat vitalku pada dimasukan ke bagian belakang teman-teman dan yang lainnya itu pula, alat vitalku juga pada dijilat-jilatin oleh orang-orang itu termasuk para Man Escort itu sendiri dalam sex party sekaligus memperkosaku ini. Ketika mereka pada menjilat-jilat alat vitalku sesukanya, alat vital mereka pada dijilat-jilat oleh yang lainnya itu, benar-benar sex party dan freesex; baik Gay, Bisex, Heterosexual, Lesbi juga straight itu dalam kebebasan sex party itu, diluar dugaanku yang lemah ini.
Kini aku hanya dapat menatap semuanya karena fisikku lemah dan sakit sekali. Dan ketika ada petugas menghampiriku sekaligus memeriksaku, aku dapat membaca pada keterangan seragamnya itu, ternyata aku telah pindah Rumah Sakit pula, namun masih di Bandung, Jawa Barat itu. Aku hanya dapat meneteskan air mata dan tak dapat berbicara sepatah katapun juga. Do’a-do’a dan ucapan lainnya kini terdengar dari semua orang yang pada telah menjengukku itu yang terlihat cukup banyak pula, namun dari keluarga Hadi tanpa seorangpun yang datang walau aku telah mengabdi bertahun-tahun lamanya disana. Karena memang mungkin harapan Hadi itu menginginkan aku menjadi sepeti ini bahkan lebih, karena aku masih teringat dengan kata-kata Hadi “WALAU LOE BERBARING SEPERTI MAYAT TERTUTUP KAIN JUGA GUE UDAH GA PERDULI SAMA LOE, RICK.!” dan ketika bicara seperti itu juga ada Roby disampignya dan pada memperhatikanku yang tak dapat berbicara karena kaget dan herannya jika pada akhirnya Hadi berbicara seperti itu, aku ingin hajar Hadi juga khawatir menjadi masalah baru lagi, aku hanya dapat menahan mentalku saja.
Munkin itu harapan dan sumpah serafah Hadi, jika dianalisa dari kata-kata Hadi itu, walau aku mati juga kini Hadi tidak perduli lagi karena habis manis sepah dubuang, ingin balas dendam pada Iman dan aku yang jadi korbannya, atau mungkin karena Hadi faham sex orgy dan menginginkan lebih dari seorang pasangan karena Hypersex Gay-nya yang membutuhkan sex setiap hari dan/atau setiap malam itu namun aku tolak dan tidak sefaham. Atau mungkin karena Hadi kesal jika aku menolak pergi ke Belanda untuk menikah dengannya di Belanda itu. Dan Hadi sendiri yang pertama kalai menyodomi tubuhku ini dalam rayuan dan bujukan mautnya itu, bahkan disetiap bercinta Hadi selalu meminum sperma aku ini pula. Suatu keanehan dan heran pula bagiku ini.
Hadi itu sendiri tinggal di daerah Luang Buaya dekat kawasan Monumen Pancasila sakti bekas misteri para Jenderal yang dikudeta dan pada dibunuh itu, dan sepertinya kini Hadi itu sendiri sebagai Buaya Darat-nya sebagai warga Lubang Buaya itu juga, dan para tetangga serta lingkungannya pada tidak mengetahuinya jika Hadi itu bersikap seperti ini padaku, karena selama bertahun-tahun ini belum ada yang pada mengetahui hubungan intim Gay-Bisex ini. Kini aku salah seorang korbannya dan kini aku berbaring di salah satu Rumah Sakit di Bandung, Jawa Barat..!! Dan tentunya mungkin akan ada korban-korban yang lainnya pula selama orang-orang seperti Suprihadi Santoso (Hadi) itu masih hidup.
Aku dirawat di Rumah Sakit itu sangat lama dan belum dapat berbicara juga, sementara pendengaranku masih normal dan dapat mendengarkan bunyi suara apapun sekalipun yang berbicara pelan-pelan dekat aku berbaring itu, termasuk keluargaku yang hingga menjual tanah warisan dari Almarhum Ayahku pula untuk biaya berobat dan dirawatku ini. Aku juga mendengar biaya berobat dua Rumah Sakit itu sangat besar hingga puluhan juta rupiah juga, namun aku tetap belum dapat berbicara pula, aku hanya dapat menulis dan SMS atau mengetik dalam laptopku itu. Fikiran dan hati juga perasaan masih terasa sakit dan pedih sekali, bahkan jika aku boleh katakana aku sakit seperti orang gila dan sering merenung dan tersenyum sinis sendiri teringat masa lalu itu disertai air mata kepedihanku ini. Dan karena kesepakatan keluarga, akhirnya aku dirawat di Rumah Sakit itu diberhentikan juga, lalu aku harus berobat secara rehabilitasi dan teraphi mental disalah satu tempat rehabilitasi mental dan jiwa yang dimiliki oleh salah seorang ulama masih di kawasan Jawa Barat, menggunakan kebathinan itu pula.
Kini aku dirawat atau direhabilitasi mental disalah satu tempat terpencil yang sangat dirahasiakan dan dibimbing oleh ulama itu sekaligus menahan dan menguji kesabaran mental dan jiwaku ini. Namun fikiran, jiwa, mental, hati dan perasaan tetap masih sakit luar biasa sekali sehingga aku sempat tersirat ingin bunuh diri saja, namun aku pada diprotes oleh orang-orang itu, termasuk Ibuku pula. Aku tidak dapat menerima diperlakukan seperti ini oleh Hadi itu termasuk oleh yang lainnya hingga terpuruk seperti ini, akibat kebohongan Hadi itu yang hanya janji-janji palsu. Bukannya aku mendapatkan kesuksesan dalam karier, yang ada setelah 30 tahun lebih aku besar di Jakarta kini malah aku terpuruk dan pulang kampung dalam keterpurukanku ini. Aku juga dirumahnya Hadi ada alasannya bukan aku hanya numpang hidup juga, tapi hidup bersama Hadi yang ternyata aku seperti terjebak pula dan/atau mungkin dijebak oleh semuanya hanya demi kepentingan sex semata.
Aku teringat berulang kali ketika aku kost di daerah Pasar Minggu dekat kantor, Hadi selalu mengunjungiku dan menginap hanya untuk sex dan sebaliknya aku sendiri harus menginap dirumah kontrakan itu tempat kumpul kebo Hadi dan Danny yang telah berkeluarga dan memiliki anak pula, dan ketika aku ingin berangkat bekerja kembali dipagi hari hanya selalu diberi uang transport Rp. 10.000,- saja, sebetulnya aku sempat berfikir mengapa aku diperlakukan seperti itu bagai seorang gigolo saja, padahal statusnya aku masih berpacaran dengan Hadi itu sendiri. Dan hal itu hampir setiap hari dia melakukannya terhadapku ini sehingga aku teringat dengan judul lagu Kupu-Kupu Malam karangan Titiek Puspa, ternyata itu memang benar adanya. Aku kesal jika aku dianggap dan diperlakukan seperti gigolo atau sosok seorang laki-laki Bisex hanya untuk pemuas sex Hypersex Gay belaka dan benar-benar habis manis sepah dibuang begini saja dalam keterpurukan yang nyata, melamar pekerjaan juga tak kunjung tiba pula hingga kini.
Dan tentang buku juga setelah aku menghubungi publisher itu malah tidak diresponnya pula. Di SMS berulang kali tidak dibalas sama sekali. Ditelepon berulang kali dan hanya diangkat sekali saja dan malah menanyakan aku ini siapa, padahal ketika aku sedang membuat naskah itu aku dihubunginya berulang kali jika naskahnya akan diproduksi buku itu. Aku message di Yahoo Messenger juga tidak pernah dibalasnya juga satu katapun walau dia terlihat online. Aku mencoba kirim E-Mail pada publisher itu secara baik-baik dan sopan juga namun tetap tidak diserponnya pula. Beberapa bulan kemudian aku kirim surat namun tetap tidak diresponnya pula. Lalu aku membuka facebook dan ingin menanyakan perkembangan naskah buku itu, dan Oh My God, dia beralamat di New York, USA.
Aku sempat kesal mengapa sosok pimpinan perusahaan tidak fair, jika memang buku aku itu tidak akan diproduksi ya bicara pada penulisnya. Aku sendiri di blok di facebook itu. Dan aku tetap mencari data pimpinan publisher itu karena dulu ketika bertemu disalah satu café di Jakarta sekaligus serah terima naskah soft copy dan hard copy itu dia bicara jika buku aku itu menarik dan keren sekali menurut tim editornya itu dan akan diproduksi dan menunggu dana terkumpul pula namun kini dia bersikap seperti itu pula. Dan ketika aku mendapatkan data di jejaring social khusus itu, aku sapa baik-baik juga sekaligus menanyakan perkembangan naskah buku itu, namun hari berikunya aku malah di blok pula oleh pimpinan publisher itu membuatku heran juga.
Jika saja aku menjadi dia, aku akan bicara akan diproduksi atau tidaknya agar penulis atau pengarang tidak menunggu sangat lama hingga bertahun-tahun seperti ini. Dan database buku yang hingga ribuan halaman itu berada di hardisc eksternal yang bercampur dengan semua barang dan perlengkapan kantorku yang kini telah hangus oleh Hadi dan keluarganya itu beserta semua sertifikat, transkip nilai dan ijazah kuliah aku selama lima tahun itu. Tanpa terasa air mataku menetes kembali sambil menerawang dalam teraphi mental dan jiwaku ini. Aku kini seperti orang gila, kadang terdiam, kadang merenung, kadang tersenyum sinis, kadang lips cynk teringat lagu-lagu Love Songs, kadang teringat dengan kekejaman dan sadisnya Hadi itu betapa teganya Hadi itu.
Selama aku diteraphi mental dan jiwaku ini berbulan-bulan dan aku mulai dapat berbicara walau tersendat-sendat dalam tenggorokan karena rasanya hanya ingin menghajar Hadi, Roby dan yang lainnya itu, aku sering dihibur oleh anggota keluargaku yang bertemu denganku ini. Dan dalam salah satu kesempatan ketika pada sedang berkumpul diantaranya adalah Ibuku, Tanteku, Akris, Derwan, Sonnie, Taufik, Bayu, Yono, Arman dan lain-lainnya, mereka sempat menyimak dan A Taufik merekam pengakuanku juga dengan alat perekam audio pula. Mereka pada menginterogasi aku secara halus dan mendalam agar aku tidak shock pula.
Dan aku dapat menjawab sesuai dengan pertanyaan itu namun urusan hubungan intim aku dan Hadi dan yang lainnya aku tidak mengatakannya karena aib aku dan aib keluarga juga, aku hanya membicarakan masalah pekerjaan itu saja mulai aku dipecat hingga aku sukar mencari pekerjaan termasuk tentang buku itu pula yang publishernya kabur ke USA itu sementara database-nya berada di hardisc eksternal beserta semua barangku itu yang kini telah hangus pula oleh Hadi dan yang lainnya itu. Terlihat semua anggota keluargaku pada akhirnya pada kesal terhadap sikap Hadi dan keluarganya itu termasuk Roby itu pula yang sentiment terhadapku ini. Dan kini semua anggota keluargaku pada melarangku untuk tidak dapat bertemu dengan Hadi itu kembali apapun alasannya, jika kasusnya dapat diangkat ke meja hijau bisa diangkat, namun hal ini sukar untuk dibuktikan secara hitam di atas putih.
Aku hanya merasa dianggap sebagai sosok laki-laki Bisex hanya untuk pemuas sex belaka oleh Hadi selama bertahun-tahun itu dan kini aku harus didepak dan diusir pula oleh Hadi setelah mendapatkan Roby Kirana orang Kaliamntan Timur yang dilengkapi susuk magic dalam keningnya itu. Betapa sakit hati dan perasaan hatiku ini setelah sekian lama menunggu ke Jakarta dan ketika Hadi datang bersama selingkuhannya itu yang kini menjadi teman hidup kumpul kebo-nya itu satu rumah bersama Ibunya yang menjadi setuju pada Roby itu, karena aku teringat, ketika Hadi dan Roby pada menaiki mobil barunya dan pada berjalan-jalan itu Ibunya Hadi selalu mencuri-curi pandang menatap dari balik kaca jendela ruang tamunya itu dan hal itu sering aku melihatnya dari tengah rumah dalam kekesalan yang nyata pula, karena Hadi telah merekayasa semuanya itu. Apapun alasannya aku tidak dapat menerima cara Hadi itu aku hingga terpuruk seperti ini. Dan tentunya siapa orangnya yang ingin diperlakukan seperti aku ini oleh orang lain.
Selama berbulan-bulan aku teraphi, aku menjadi rutin SMS pada Dwinovian juga karena ternyata psikolog tampan dan tinggi badan yang telah menyatakan suka dan cinta padaku juga dari cara bicaranya sangat nyaman dan membuatku tenang pula, bahkan aku sering melakukan apa kata saran-saran Dwinovian itu pula termasuk urusan makan itu pula, karena aku juga memang menyukai sosok Dwinovian itu sendiri sejak pertama kali bertemu itu, bahkan kini telah sepakat menjalin hubungan intim dengannya pula. Dan SMS atau telepon dari Dwinovian itu menambah keyakiannku jika sosok Dwinovian itu benar-benar sangat menyukaiku karena aku sendiri salah seorang type laki-laki Bisex yang dia carinya selama ini, dan terucap dari dirinya telah memutuskan dan melepaskan BF-nya salah seorang tentara yang sedang bertugas di Ambon itu pula membuat aku kaget pula, namun itu keputusan dan pilihan Dwinovian, intinya aku tidak merebut pacar orang itu.
Selain aku berkomunikasi dan sering membaca SMS-SMS dari Dwinovian, kini aku merenung ketika membaca SMS dari Budi sosok Polisi Ganteng yang masih tersimpan di Hand Phone-ku ini cukup lama; jika kini Budi telah resmi menikah pula dengan perempuan idamannya itu membuatku tersenyum semu, karena dalam hatiku aku juga suka sama Polisi Ganteng itu juga tapi jodoh telah berbicara lain, kini Polisi Ganteng itu telah menempuh hidup baru yang sakinah dan mawadah, warahmah. Lalu aku membaca SMS-SMS dari Niko yang belum sempat dibaca, tampak bunyi semua SMS dari Niko itu kesal terhadapku jika aku terkesan meninggalkannya pula di Jakarta dan aku sukar dihubunginya bahkan terkesan menghindar darinya itu. Setelah aku balas, ternyata Niko kini sedang di Medan dalam rangka pulang kampung juga karena sedang sakit pula dan kini sedang dirawat di salah satu Rumah Sakit di Kota Medan itu.
Kini Niko menghubungiku juga melalui komunikasi Hand Phone sambil marah-marah dan menangis pula, marah kepadaku ini yang menurutnya aku menghindarkannya sejak aku diperkosa di PPIV Room kamar hotel itu dengan cara disodomi dan oral juga yang lain-lainnya. Bahkan Niko sendiri berbicara sambil menangis dikebun karena menurut informasi letak Rumah Sakitnya dekat kebun juga, sebab jika Niko menangis di dalam kamar Rumah Sakit itu khawatir pada akan ditertawakan oleh para petugas Rumah Sakit itu, khususnya para perawat yang rutin merawatnya setiap harinya itu pula itu. Niko sosok ABRI yang terlihat keras dan tegas, kini terdengar menangis terisak-isak sendu tetap menginginkan agar dapat berpacaran denganku ini, namun aku bicara secara baik-baik juga jika aku hanya ingin berteman saja akan jauh lebih baik juga seperti yang telah terjadi dengan Budi masih suka komunikasi sebagai silaturahmi-ku ini. Namun aku dikagetkan oleh pernyataan Niko sebagai tentara dan terlihat tegar dan tegas namun kini kata-katanya semakin ngawur, jika dirinya kini malah ingin dipanggil ‘Mama” olehku pula dan Niko memanggilku “Papa” membuatku kaget luar biasa sekali dalam isak tangis sosok Niko itu.
Karena aku kesal jika Niko itu keras kepala tetap menginginkan jika aku menjadi BF-nya dan memanggilku “Papa” itu dalam isak tangis-nya sementara aku harus memanggilnya “Mama” padanya, aku semakin jijik dan memprotesnya karena tidak mungkin jika aku sedang berjalan dengannya yang memang dia sebagai tentara laki-laki sementara aku memanggilnya Mama dan dia memanggilku Papa. Jelas aku tidak ingin seperti itu, apa kata orang-orang yang mendengar dan melihatnya jika hal itu terjadi denganku ini didepan umum itu. Aku semakin keras menolaknya karena aku tidak ingin terjadi denganku ini jika keinginnya seperti itu. Lalu aku memberikan alasan yang lainnya jika memang Niko gentel dan menyayangiku dan mencintaiku, mengapa pemerkosaan dalam sex party serta freesex on the street itu mesti terjadi dan mengapa Niko tidak menolongnya kembali? Dan itu dilakukan oleh teman-teman aku dan teman Niko pula, kecuali beberapa orang saja yang pada tidak turut memperkosaku itu saja.
Mendengar penjelasan secara lengkap dan terperinci dariku jika aku diperkosa secara massif oleh mereka seperti itu kini Niko menangisnya semakin menjadi-jadi hingga terisak-isak semakin keras seperti panas dan kecewa pula pada teman-teman yang lainnya itu. Yang membuat kesal dan jijik Niko masih tetap memanggilku Papa membuatku tetap kesal juga. Namun kini terdengar Niko bersumpah serafah akan mengeksekusi mereka itu karena merasa telah kelewat batas dan dapat bercinta denganku tanpa melewati mayatnya dahulu membuat Niko semakin terbakar hati dan perasaannya juga emosinya itu apalagi ini pada memerkosa aku baik dibagian belakang maupun bagian depan termasuk oral dan lain-lainnya itu, kini aku sedang dalam proses teraphi mental dan jiwa alias aku kini memiliki sakit mental jiwa akibat semua tekanan itu pula sesuai dengan keinginan dan harapan Hadi dan lain sebagainya itu. Tapi tetap Niko menangis keras-keras ingin memilikiku seutuhnya pula dan ingin mengeksekusi mereka membuatku kehabisan alasan pula.
Lalu aku mengatakan jika sekarang dalam posisi ini pula ada seorang Model Indonesia dan seorang Atelit Indonesia yang memang ganteng dan tinggi badan dan pada suka padaku pula, komunikasi memalui jejaring sosial khusus itu pula dan komunikasi Hand Phone, pada ingin bertemu dengaku juga, bahkan sosok model Indonesia itu yang sangat ganteng itu telah menyatakan jika ingin segera bertemu dengaku ini dan menyatakan ingin dapat merasakan bercinta sepuasnya denganku ini pula, ditempat teraphi mental dan jiwa-ku ini. Mendengar pengakuanku seperti itu Niko malah semakin marah dan emosi dalam menangisnya dikebun itu, dia akan keluar dari Rumah Sakitnya dan ingin membeli ticket pesawat hanya untuk bertemu denganku di Jawa Barat ini, agar mereka pada tidak sempat bertemu denganku ini dan sekaligus memberikan bukti jika Niko itu serius sekali ingin memiliki aku ini, type laki-laki yang dia cari selama ini pula. Kini Niko bagai kebakaran jenggot mendengar aku akan dikunjungi seorang Model Indonesia dan Atelit Indonesia itu pula, terdengar menangis bagai anak kecil pula hingga terisak-isak. Bahkan memvonis dan menyalahi aku sendiri jika aku ini dianggap tega memutuskan tali cintanya itu, padahal aku sendiri tidak pernah mengatakan “Iya” dengan Niko namun “Terima kasih” jika pada mencintaiku ini yang sedang dalam ketenangan jiwa dan ragaku ini setelah dihina dan diusir oleh Hadi itu.
Satu minggu berikutnya Fedro itu datang membesuk aku ditempat rehabilitasi teraphi mental dan jiwaku ini, dan Fedro banyak menasehatiku sekaligus memberi gambaran tentang tata cara menulis buku itu pula. Aku banyak belajar dan kosultasi dari Fedro untuk tulis menulis buku itu karena ternyata sulit juga untuk dapat menulis buku itu. Berbagai gambaran penulisan buku diuraikannya kembali menambah semangatku bangkit kembali untuk dapat melanjutkan menulis buku kembali walau aku masih dalam rehabilitasi teraphi mentalku ini. Daripada membuang-buang waktu dan merenung secara percuma, Fedro menyarankan jika bisa, menulis buku agar jauh lebih bermanfaat dan berguna bagi yang lainnya itu. Kebetulan aku sendiri telah menulis dfaft naskah tentang kisah nyata ini pula, aku semakin bersemangat pula. Kini merasa sahabatku hanya Fedro dan Dwinovian saja yang jika bicara pada dapat langsung menembus akal fikiranku ini pula yang masih sedang teraphi / rehabilitasi mental jiwaku ini, termasuk laptopku ini pula.
Dalam kesunyian malam hari setiap harinya, daripada aku gelisah tidak dapat tidur seperti yang membuang-buang waktu dan melamun tidak karuan diruang rehabilitasi mental dan jiwa sehingga berulang kali meneteskan air mata kesedihan dan kepedihan, tidak dapat menerima diperlakukan seperti ini oleh Hadi dan yang lainnya, kini aku mulai berusaha konsentrasi kembali untuk dapat menulis buku kisah nyata-ku ini walau yang telah lalu draft naskah buku itu dibawa kabur ke USA itu oleh pimpinan publishernya langsung dengan alasan butuh dana cukup besar untuk memproduksinya itu, sementara databasenya berada didalam hardisc external yang menyatu dengan perlengkapan kerja / kantor itu yang kini telah lenyap oleh Hadi dan keluarganya itu beserta semua pakaian dan lain-lainnya termasuk ijazah dan transkip nilai serta puluhan sertifikat kursus, pelatihan, seminar dan lainnya itu pula.
Kini aku menulis lika-liku kisahku sendiri, kutulis mulai dari pertama kali bertemu dengan Hadi hingga diselingkuhin dan lain seterusnya ini. Buku kisah nyata ini sebagai ungkapan sekaligus pengakuanku sendiri yang dilahirkan seperti ini hingga harus teraphi mental diruang rehabilitasi mental dan jiwa khusus dan tertutup untuk umum karena tempatnya sangat dirahasiahkan pula, kecuali hanya orang-orang tertentu saja yang pada boleh mengunjunginya ini. Kutulis kisahku ini dalam keterpurukan segalanya namun masih dapat bertahan hidup kembali sambil menulis buku ini walau secara fikiran aku belum dapat berkonsentrasi secara total seperti semula karena sikap dan perlilaku mereka masih pada menghantui hati dan perasaanku dalam traumatikku ini, namun aku tetap berusaha melawan semua itu dalam ujian mental jiwaku ini walau sangat terasa menekan mental dan jiwaku ini secara terus menerus. Aku yakin sekali siapapun orangnya pada tidak ingin diperlakukan seperti aku ini. Seiring bergulirnya waktu tanpa mengenal kompromi, kucatat sebagian kejadian kisah orang teraniaya ini.
Dan setelah sekian lama berselang, kini mendapat informasi jika isteri Budi telah melahirkan anaknya dengan sehat dan selamat pula. Aku sempat tersenyum dalam kekecewaan tidak dapat berpacaran dengan Polisi Ganteng itu yang telah tidur dan bercinta denganku ini. Padahal favoritku itu Polisi atau Tentara. Radith sendiri menginformasikan jika dirinya telah memiliki BF orang Majalengka, Jawa Barat pula. Dan teman-teman Gay/Bisex dan yang lainnya yang pada telah memperkosaku juga kini hanya tinggal kenangan pahit, sukar untuk diangkat ke meja hijau karena kasusnya agak sukar pula, sama dengan kasus pelecehan yang dilakukan oleh Hadi itu pula. Kecuali Rendy dan yang lainnya pada masih beri informasi termasuk Vincent yang sangat baik padaku ini. Tetapi seorang Model Indonesia yang sangat tampan juga kini marah kepadaku karena aku tidak dapat memenuhi keinginannya bertemu dan/atau kopi darat dengannya sekaligus mempererat tali cinta dan juga bercinta sepuasnya sesuai dengan keinginannya itu ketika dia dan aku pada berkomunikasi menghubungiku ini. Namun aku masih berkomunikasi dengan Dwinovian itu yang sepertinya semakin sayang kepadaku ini.
Aku yang masih direhabilitasi mental dan jiwanya ini juga masih rutin berhubungan dengan Fedro tentang buku kisah nyata ini. Baik berkomunikasi melalui facebook, YM, Skype, SMS, Hand Phone dan media lainnya, karena Ferdo konsultan menulis aku ini. Dan karena kesehatanku mulai agak pulih walau belum stabil kembali secara fisik, aku menghubungi Dwinovian jika aku ingin bertemu pula. Mendengar informasi itu tentunya Dwinovian sangat senang jika aku ingin bertemu dengannya pula. Dan akhirnya aku pamit dahulu pada ulama ahli teraphi spiritual ini dan aku untuk sementara diperbolehkan keluar dahulu untuk sementara waktu agar dapat bersosialisasi dengan dunia luar juga.
Setelah tiba di mess Dwinovian daerah Jalan Surabaya, aku disambut hangat oleh Dwinovian itu. Aku senang dapat bertemu dengan calon kekasih baruku itu, juga sebaliknya Dwinovian tampak terlihat berseri-seri diwajahnya itu pula. Namun baru saja aku dan Dwinovian pada ingin makan malam bersama, Hand Phone Dwinovian berdering terus secara terus menerus. Namun aku memberikan kebijaksanaan jika Dwinovian dapat menerima kontek itu, lalu Dwinovian melangkah keluar dari restoran itu untuk dapat menerima telepon pula. Dan setelah sekian lama berkomunikasi, Dwinovian kembali lagi berhadapan dengaku ini. Tetapi anehnya kini terlihat Dwinovian sibuk menerima SMS dan membalas SMS-SMS itu sekaligus mengabaikan telepon yang masuk membuatku bertanya-tanya pula namun aku tetap besar hati pula. Kasus sepeti itu hampir sama dengan yang pernah dilakukan oleh Hadi itu SMS-SMS dan BB-an ternyata selingkuh juga dengan para selingkhannya itu. Namun kini aku besar hati walau aku bertanya-tanya pula dalam hatiku ini.
Ketika aku dan Dwinovian memasuki kamarnya, aku dipersilahkan menunggunya dikamar itu dahulu. Dan aku sendiri mengikuti tuan rumah itu sambil rebahan ditempat tidur Dwinovian pula karena Dwinovian ada yang menghubunginya kembali baik melalui SMS maupun telepon itu. Lalu Dwinovian keluar kamar meninggalkanku seorang diri. Aku hanya dapat beristirahat sambil menonton televisi saja. Namun ternyata kepergian Dwinovian itu lama sekali membuatku kesal pula pada saat itu, kemudian aku menghubunginya kembali karena kesal itu aku seperti diabaikan, udah berusaha datang dalam kondisi tidak stabil perjalanan jauh-jauh dari Jawa barat diabaikan begitu saja. Siapa pula yang ingin diperakukan atau seperti dicuwekin sepertiku ini. Kini aku mulai berkurang rasa apresiate terhadap Dwinovian itu karena jelas-jelas banyak SMS masuk sekaligus manyak missed called termasuk menerima telepon sekaligus meninggalkanku pula seperti itu dikamar seorang diri hingga larut malam itu. Aku berfikir akan ada apa lagi dengan sosok Dwinovian ini, namun aku menahannya saja.
Dan setelah aku kontek kembali kini Dwinovian datang pula dalam serba salahnya itu, dan mengatakan jika di lantai bawah ada temannya, padahal sebelumnya aku telah ke bawah namun tidak ada orang itu, bahkan gerbang juga telah dikunci pula. “Ma’af, yank, menunggu lama sekali. Abisnya temanku itu banyak dan masih pada ingin bersamaku juga.” Kata Dwinovian beralasan. “Ya ga apa-apa, tapi apakah ga bisa diberi tahu jika ada temannya juga disini, atau katakan saja ada siapa gitu, penting..!!” Kataku susah untuk mencari alasan karena tidak mungkin juga Dwinovian mengatakan jika aku ini pacarnya karena semuanya masih pada tertutup pada umum tentang hubungan intim sesama jenis ini. “”Iya, yank, ma’af.!! I love you, yank..!!” Kata Dwinovian, lalu memeluk aku ini bahkan mencium bibirku pula. Karena Dwinovian memelukku erat sekali dan mencium bibirku secara halus dan lembut, aku juga tidak dapat mengelaknya, membalas pelukan dan ciuman-ciumannya itu pula secara perlahan-lahan dalam keremangan lampu kamar malam itu.
Dan anehnya kini Dwinovian itu juga langsung melepaskan seluruh pakaiannya pula sambil mengambil kondom dari laci besarnya itu. Ternyata sepertinya telah tersedia itu, namun aku diam saja sambil tetap berbaring. Dwinovian juga turut melepaskan seluruh pakaianku ini dan berpelukan kembali dalam bercinta malam itu juga. Dan Oh My God, Dwinovian yang tampil seperti ABRI/Polisi itu ternyata Bott, kondom itu dipakaikan pada alat vitalku pula. Kini aku tidak dapat mengelaknya bercinta dengan Dwinovian juga dalam keremangan malam dan tanpa ada kata-kata yang terucap sepatah katapun juga. Dwinovian juga sepertinya menikmatinya pula dalam bercinta dengaku ini. Berbagai sentuhan, belaian, ciuman dan lain-lainnya saling balas mebalas pula satu dengan yang lainnya dalam melepas kerinduan dan cinta kasihnya itu hingga ereksi pula.
Keesokan harinya aku diminta menunggu dikamar itu selama Dwinovian bertugas. Dan aku-pun tidak menolaknya, aku diam sambil beristirahat pula dikamar itu, bahkan aku juga online dengan laptopku pula sekaligus melanjutkan mengetik naskah kisah nyata ini walau secara mental tidak terlalu bersemangat karena masih dalam proses perbaikan mental dan jiwaku ini pula. Karena aku pegal dan perlu beristirahat, aku merenung, lalu aku iseng membuka laci yang tadi malam tempat kondom itu. Dan alangkah kagetnya aku, kini ternyata kondom itu bukan hanya satu atau dua, ternyata penuh padat dalam laci yang sangat besar itu termasuk pelicinnya itu pula.
=====o0o=====

Tester Random – Bersambung Summary 10
(Selengkapnya di buku bersangkutan)
=====o0o=====