SAMBUNGAN
RANGKUMAN / SUMMARY 4
Orang Yang Membenci Meninggal Dunia
Namun alangkah kagetnya ketika
kami berdua masih sedang lelap tidur, aku mendengar Sari menjerit sangat keras
sehingga aku panic dan terbangunkan juga. “BAPAAAAAKKKK….! JANGAN TINGGALKAN
SAYA..!! BAPAAAKK…!!!” Teriaknya sangat keras lalu menangis disertai bunyi
semua anggota keluarganya yang mengucapkan. “INNA LILLAHI WA’INNA ILAIHI
RAJIUNN….!“ Kata yang lainnya sangat keras. “BAPAAAKKK…..!!” Kata Ibu
Sutiariyah terdengar sangat keras sambil menangis juga. “MAS RICKYYYY…
TOLOOONG.!!” Teriaknya membuat aku semakin sadar ternyata bukan mimpi.
Karena aku panik, lalu aku
membangunkan Hadi. “Di..!! Di…!! Bangun..!! Lekas masuk ke dalam..!!” Kataku
sambil beranjak meloncat mendahuluinya. Hadi-pun bangun dan mengikutiku pula
memasuki ruangan Pak Paiman itu. Dan tampak kini Pak Paiman, orang yang
membenciku itu telah meninggal dunia, dikelilingi anggota keluarganya itu yang
pada sedang perangkul dan memeluknya sambil pada menangis pula. “INNA LILLAHI
WA’INNA ILAIHI RAJIUNN…!!” Kataku dan Hadi bersamaan. Tampak Hadi meneteskan
air matanya. Aku juga tanpa terasa meneteskan air mata pula sambil berbicara.
“Mbak Sari, Ibu, sabar.” Kataku. “Di. Sabar ya.” Kataku. “Ya, Rick.” Kata Hadi
menyeka air matanya. Kini tampak keluarga yang sedang berduka itu terlihat
sangat menyedihkan juga.
Bersamaan dengan itu para petugas
Rumah Sakit sangat tanggap, lalu pada membantu menenangkan semuanya sekaligus
menyelesaikan tugasnya masing-masing pula. Hadi juga sibuk menghubungi anggota
keluarga yang berada dirumahnya termasuk memberikan informasi pada keluarga
yang belum ada dirumahnya itu khususnya yang berada di daerah dan di Jawa;
menginformasikan jika Pak Paiman itu telah meninggal dunia pada saat itu. Tidak
lama kemudian Kakak ipar Hadi, suaminya Sari sebagai Polisi Kehutanan juga
datang pula untuk membantu segala administrasi disana bersama Hadi dan Sari.
Namun kini Sari menghampiriku sambil berbicara. “Oom Ricky. Tolong dibantu
ya..!!” Kata Sari. “Ya, Mbak.” Kataku. “Oom Ricky. Oom temani mayat Bapak dan
jangan ditinggalkan.! Jangan sampai ada anggota badannya yang hilang.!!” Kata
Sari membuatku kaget pula. “Maksudnya, Mbak?” Kataku. Tapi kini Sari dan Ibu
Sutiariyah malah menghampiriku. “Oom Ricky. Jangan sampai ada anggota badan
Bapak hilang diambil, seperti bola mata, otak, tangan dan lain-lainnya.” Kata
Sari.
“Iya, Mas Ricky. Mas Ricky ikuti
saja petugas itu ke ruang jenazah dulu lalu ke mobil ambulan. Kalau mayat Bapak
dimasukan keruangan, ikuti saja jangan sampai di atopsi atau diambil anggota
badanya. Ngerti kan maksudnya.!?” Kata Ibu Sutiariyah menggaris bawahin juga.
“Loe ikutin saja mayat bokap gue dibawa kemana. Jangan biarkan mereka mengambil
anggota badan bokap gue. Gue mau ngurusin adminsistrasi sama suaminya Sari.
Nanti gue kesana, Rick.” Kata Hadi. “Ok, gue faham. Gue mau dorong berangkar
(Ranjang pasien khusus untuk mayat dan beroda) mayat ini sesuai regulasi yang
ada.” Kataku. “Baik, Pak. Siapa yang akan menemani pasien ini ke ruangan
jenazah?” Tanya petugas yang cantik itu membuatku kaget pula. Kini kami saling
tatap satu dengan yang lainnya.
Lalu aku berbicara. “Saya,
Suster..!” Jawabku tanggap sambil memegang besi dorongan berangkar itu siap mendorong mayat Pak Paiman. “Baik,
Pak. Kita kesana saja sekarang. Ikuti kami saja, Pak.” Kata kedua suster cantik
itu. Dan ketika melihat suster cantik itu aku teringat film yang bertemakan
hantu juga tapi aku still yakin saja. Dan kami-pun berpisah karena
masing-masing memiliki tugas yang harus segera diselesaikan juga pada dini hari
itu. Aku mendorong berangkar mayat dibelakang kedua suster itu mulai dari
ruangan, sepanjang koridor, lift khusus, koridor yang sangat panjang dan lebar
disampingnya terlihat vast-vast bunga dan kursi-kursi kosong karena masih pagi
buta. Tampak selama perjalanan keruangan jenazah itu membuat bulu kudukku merinding
juga, tidak ada orang seorangpun kecuali kami bertiga dan ke-empat mayat itu
sendiri yang seluruh tubuhnya ditutup oleh kain batik dan selimut yang terdapat
di Rumah Sakit Polri itu sendiri.
Menghadapi kondisi seperti itu
aku berguman juga “Gile cing.! Kedua suster cantik ini jagoan juga. Mengawal
mayat yang gue dorong ini.? Ini baru cewek sexy..!!” Kataku. Derak sepatu dan
bunyi suara roda berangkar berputar itu yang hanya terdengar selama perjalanan
di dalam kawasan Rumah Sakit Polri itu, yang membuatku kaget tidak ada orang
yang sedang duduk dikursi sepanjang koridor Rumah Sakit itu membuatku heran
pula menjadi bulu kudukku semakin merinding pula apalagi kini aku sendiri yang
sedang mendorong seonggok mayat yang harus aku jaga juga khawatir anggota badannya
pada diambilin oleh para petugas itu. Kini aku juga serasa diikuti roh-roh
jahat pula di bagian belakangku membuatku semakin salah tingkah dalam
langkah-langkah di keremangan dini hari itu, bulu kuduk semakin merinding
setelah menyaksikan kondisi dan suasana seperti itu yang sepi dari orang-orang
dan remang-remang lampu saja.
Seumur hidupku baru mengurusin
mayat itu apalagi mendorongnya dalam keremangan malam seperti itu. Koridor demi
koridor telah dilewatinya dalam kesunyian dan keheningan malam itu bersama
mayat. Setelah memakan waktu cukup lama dan jantung serta andrenalinku bergerak
secara terus-menerus, kini aku dapat melihat beberapa orang dari kejauhan yang
masih pada sedang duduk, dan pada sempat menatap kami ini yang terlihat seorang
laki-laki sedang mendorong mayat dikawal oleh kedua suster cantik di pagi buta
itu dalam keremangan lampu Rumah Sakit itu. Tatapan-tatapan bola orang-orang
itu terlihat penuh kemisteriusan, setelah menatap kami yang berjalan ini lalu
mereka pada menunduk, dan ketika kami melaluinya mereka tepat dihadapan mereka
sendiri, kini mereka pada memalingkan semua wajahnya dan pada tidak menyaksikan
kami bertiga melewatinya itu. Sepertinya mereka semua pada tidak ingin melihat
dipagi buta itu terdapat mayat yang sedang dikawal itu yang dapat menambah
suasana semakin memilukan dan menyedihkan hati dan perasaan karena tentunya
semua anggota keluarganya yang masih pada sedang dirawat di Rumah Sakit Polri
itu pada ingin lekas sembuh seperti semula. Masuk di akal jika aku pun menyaksikannya
seperti itu akan merasa meringis bagaikan mimpi buruk menjadi kenyataan
dihadapannya itu dan mengharapkan semua anggota keluarganya sembuh kembali,
bukan menjadi mayat seperti yang aku dorong ini. Aku merasa tidak ada kehidupan
setelah menyaksikan kondisi seperti itu, semua orang pada tidak ingin
menyaksikanku ini, apakah ganjaran dari Almarhum itu sendiri tidak ingin disapa
atau tidak menerima ucapan bela sungkawa itu dari orang-orang disekitarnya
membuat aku heran dan semakin tegang juga aneh sekali menghadapinya itu.
Tapi aku dan kedua suster cantik
itu tetap berjalan secara perlahan-lahan agar jasad almarhum tidak terjatuh
dari berangkar-nya. Kerumunan orang itu telah kami lewatinya, dan ketika aku
sengaja kembali menatap mereka ke belakang sementara langkahku dipelankan,
tampak mereka kini pada mencuri pandang kembali sebagian ada yang menatapku
seperti malu-malu dan sebagian dari mereka pada menatapku sangat tajam dan
tidak ada senyuman atau bahasa isyarat menyapa sedikitpun kecuali hanya gerakan-gerakan
pandangan tajamnya itu saja sambil pada menunduk membuatku semakin aneh. Apakah
mereka itu manusia atau hantu yang pada sadang nongkrong atau berpura-pura
menjadi manusia karena tidak sepatah katapun yang terucap atau menyapaku, aku
juga tidak tahu pasti. Tapi pada kenyataannya dari sekian banyak orang itu
tidak ada yang berbicara satu patah katapun, hanya gerakan-gerakan dan bahasa
tubuh saja yang membuatku heran dan aneh sekali.
Aku dan kedua suster cantik itu
melanjutkan perjalannnya hendak ke ruaangan jenazah. Selama perjalanan aku
tidak berbicara karena aku juga merasa tegang pula mendorong mayat dikawal dua
suster cantik itu dalam keremangan dan kesunyian malam yang hening sekali, bulu
kudukku tetap merinding membuatku tidak nyaman pula. Setelah agak jauh dari
komunitas orang-orang tadi yang pada duduk sekitar pohon dan bunga terpisahkan
koridor itu, aku mencuri pandang kembali pada mereka, namun tampak mereka masih
pada sedang menatapnya sangat tajam sekali tetapi pada tidak bicara walau
dengan mereka juga, membuatku heran pula dan merasa aneh dipagi buta itu, lalu
aku menatap jasad Ayahnya Hadi yang masih tertutup kain batik dan selimut di
atas berangkar itu tapi tetap masih aku dorong dan masih dikawal kedua suster
itu. Yang aku ingat dan aku perhatikan juga aku rasakan menunggu tiba ke
ruangan jenazah itu yang pada saat itu rasanya lama sekali sampainya bagaikan
melewati hutan rimba belantara berisi makhluk-makhluk yang hanya dapat melihat
tapi tidak pada berbicara saja sepatah katapun, karena tegangnya itu dan bulu
kudukku sepanjang perjalanan merinding secara terus menerus pula. Aku baru
merasakan tegangnya seperti itu, tapi apa mau dikata aku sedang membantu
keluarganya Hadi itu. Aku hanya bergumam. “Beberapa bulan yang lalu orang yang
menghina dan mengkritik juga yang mengusirku ini sangat menyebalkanku dan
membuatku kesal pula, tapi kini mayatnya aku dorong dan aku rawat hingga
ketempat tujuan akhir.” Kataku mengusir keteganganku ini.
Setelah tiba diruangan jenazah,
aku juga heran. Disana ada beberapa orang yang sedang duduk dan beberapa
petugas. Anehnya tidak ada satu orangpun yang menyapa kami ini. Mereka hanya
dapat tatap menatap satu dengan yang lainnya saja dan tanpa satu katapun
terucap dari mulutnya membuatku aneh sekali. Tapi aku tetap melanjutkan tugas
sesuai perintah keluarga Hadi itu. Sosok mayat Pak Paiman itu lalu aku angkat
ke dalam ruangan jenazah itu dan “Oh My God.!” Di dalam ruangan jenazah itu bau
mayat alias bau tidak sedap, jika orang tidak kuat mental dan penciumannya aku
yakin akan dapat (Ma’af) muntah karenanya. Aku juga dapat menyaksikan
mayat-mayat yang lainnya ada yang seperti di es-kan dan ada yang disimpan
seperti dalam laci, dan ada pula yang berbaring saja ditempat tidur itu. Aku
dapat menyimpulkan dari sekian banyak mayat itu ada yang telah diketahui oleh
keluarganya dan ada juga yang masih tidak diketahui oleh keluarganya itu
terlihat dari tata dan cara merawatnya itu; ada yang terawat dan ada yang
terabaikan. Pantas jika tadi Sari berpesan; Jangan sampai ada anggota badan
Bapak yang di atopsi atau diambil oleh petugas itu. Aku juga turut merapihkan
mayat Pak Paiman itu walau perasaan tegang juga karena dalam keremangan malam
dan/atau pagi sekitar pukul 03:30 WIB., membuatku semakin tegang berada disekitar
mayat-mayat itu. Aku benar-benar baru yang pertama kalinya, dan ingin berlari
namun aku malu jika ditertawakan orang-orang karena takut mayat-mayat yang
sangat banyak dan bau tidak sedap itu.
Setelah sekian lama Sari dan
suaminya Polhut (Polisi Kehutanan) serta Hadi menyelesaikan administrasinya,
kini Hadi juga tiba diruangan jenazah bersama petugas yang lainnya sementara
Sari dan rombongan berbeda mobilnya. Aku sendiri setelah menyelesaikan
administrasi diruangan jenazah itu harus tetap menemani jasad Pak Paiman itu
dibagian belakang mobil ambulan yang kaca mobil ambulannya tidak tembus pandang
keluar membuatku kaget pula hingga terbelalak kaget namun aku tahan sekuatnya
pula. Aku harus tetap menemani mayat itu dibelakang disertai bunyi suara serine
yang seperti menangis pula sementara Hadi di bagian depan bersama Drivernya
itu, anehnya tidak bisa menghubungi Hadi dalam ambulan itu karena terpisah oleh
sekat kaca yang sangat tebal pula. Aku sendiri sempat bingung menghadapinya
dalam ketegangan seorang diri itu karena suster cantik bertugas hingga ruangan
jenazah saja, kini aku yang harus menghadapinya sendirian saja di dalam ambulan
itu. Akhirnya aku juga bergumam kembali. “Kurang ajar.! Gue sendirian aja
dibelakang.! Mudah-mudahan kamu, Pak Paiman jangan bangun lagi didalam mobil
ambulan ini.!! Kalau bangun lagi dan hidup lagi, gue telanjangin sekalian tahu
rasa..!!” Gumamku dalam serba salahnya itu.
Selama perjalanan aku tidak dapat
berbicara dengan siapapun termasuk dengan Hadi karena tertutup dengan kaca yang
sangat tebal pula dan tidak tembus pandang, termasuk ke bagian luarnya itu, dan
hanya sedikit saja bagian atasnya yang dapat melihat keluar. Aku benar-benar
serasa diuji mental berhadapan dengan mayat didalam ambulan itu.
Bayangan-bayangan hantu seperti yang sering tampil di film-film horror kini
malah mulai terasa, mulai pada bermunculan serasa mayat itu juga duduk
disampingku membuat bulu kuduk semakin merinding pula. Aku juga hingga tidak
kuat menatap sosok mayat itu karena dalam bayangan dan fikiranku khawatir
mayatnya itu dapat bangkit kebali dan memelukku ini sambil tertawa menyebalkan.
Aku benar-benar merasa terjebak pula dalam kondisi dan situasi seperti itu.
Rasa tegang juga tetap masih aku
merasakannya karena dalam ambulan bagian belakang itu hanya aku seorang diri
seiring bulu kuduk tetap masih terasa tebal sekali. Yang serasa menyebalkan
lagi orang-orang yang masih sedang berbelanja pagi di sekitar Pasar Kramat Jati
itu juga serasa pada menghalangi jalan hingga tetap macet dan akibatnya mobil
ambulan itu hanya dapat merayap saja menambah ketegangan di dalamnya itu karena
mereka tidak dapat merasakannya jika hanya berduaan saja dengan mayat itu dalam
keremangan pagi buta itu. Aku benar-benar serasa diuji mental, do’a dalam
hatiku juga hanya “KURANG AJAR.!! CEPAT SAMPAI..!! CEPAT SAMPAI..!! CEPAT
SAMPAI…!! CAMOOONNN..! HURRY UP..!! HURRY UP..!! PLEASE..!!!” karena merasa
tegangnya itu. Pantas dalam film-film horror itu sosok tokohnya selalu sering
stress menghadapinya, kini aku juga secara langsung mengalaminya hal yang sama
dalam ketegangan itu, apalagi ini bukan rekayasa, tapi kenyataan pula. Keringat
juga akhirnya pada keluar seiring ketegangan menemani mayat dalam satu mobil
ambulan itu disertai bunyi suara serine-nya.
Setibanya dihalaman rumah Hadi,
ketika pintu mobil ambulan itu dibuka aku yang masih tegang itu langsung
meloncat sambil berbicara pada orang-orang disekitrarnya yang pada sedang
menunggunya. “Pak. Silahkan mayatnya di dalam.” Kataku sambil membuka pintu
mobil selebarnya dan aku sendiri langsung loncat dan bergerak menembus masuk
kedalam kamar Hadi. Aku langsung berbaring melepas ketegangan itu sambil
bernafas terengah-engah panjang sekali. Tampak terdengar dirumahnya Hadi itu
juga kini cukup berisik karena banyak anggota keluarganya yang pada menangis
pula ditinggal oleh Pak Paiman itu. Tidak lama kemudian Hadi juga masuk kamar
dan berbaring denganku juga. Aku dan Hadi saling berpelukan ditempat tidur Hadi
itu. Aku juga tidak tega melihat Hadi yang sedang berduka itu menangis. Aku
peluk erat sekali dan bahkan aku cium kening dan pipinya dalam kasih sayangku
ini.
=====o0o=====
Drug & Freesex
Tampak terdengar dirumahnya Hadi itu juga kini cukup berisik karena
banyak anggota keluarganya yang pada menangis pula ditinggal oleh Pak Paiman
itu. Tidak lama kemudian Hadi juga masuk kamar dan berbaring denganku juga. Aku
dan Hadi saling berpelukan ditempat tidur Hadi itu. Aku juga tidak tega melihat
Hadi yang sedang berduka itu menangis. Aku peluk erat sekali dan bahkan aku
cium kening dan pipinya dalam kasih sayangku ini.
Aku
tetap berusaha dan berjuang untuk mendapatkan pekerjaan kembali walau serasa
lelah pula di atas kesabaran dan mentalku yang ternyata mebutuhkan mental yang
sangat kuat pula; sepertinya berbagai masalah silih berganti silih bermunculan.
Dan karena aku serta Hadi dan teman-teman juga pada telah memiliki jadwal
jalan-jalan ke Singapore dan Malaysia menjelang hari lebaran, untuk melepas
kepenatan aku dan Hadi serta kawan-kawan itu pada pergi ke Singapore, ingin
tahu suasana lebaran di Singapore dan Malaysia itu bagaimana. Yang membuat
heran Andrean dan BF-nya itu juga pada membeli bebapa minuman beralkohol di
Singapore itu dan ukuran tabung-tabung botol minumannya sangat besar juga.
Mereka pada tidak ada yang dapat mengetahuinya jika rombongan kami itu para
pasangan Gay dan Bisex itu dan masing-masing memiliki pasangannya masing-masing
pula.
Dan
sekembalinya ke Indonesia, ketika aku bersilaturahim kerumahnya Andrean tempat
pasangannya dengan BF-nya itu setelah hari lebaran, aku dikagetkan dengan sikap
Hadi, Andrean dan teman-temannya itu, ternyata minuman beralkohol itu untuk
kebutuhannya sendiri. Bersamaan dengan itu terdapat temannya tetangga teman
kost-nya Andrean yang terlihat sangat tampan pula, bernama Harry, yang turut
minum pula disana. Aku hanya menonton Televisi di dalam ruangan dan tidak turut
minum-minum itu. Seiring bergulirnya waktu, tidak lama kemudian ketika aku
sedang menonton Teleivisi itu bunyi suara pada muntah dan orang pada mabok
terdengar semakin gencar dan ramai. Tampak ternyata Andrean muntah-muntah dan
Harry yang ganteng itu juga muntah-muntah pula bersama yang lainnya. Bahkan
Andrean dan Harry paling kronis hingga pada lemas dan tersungkur dilantai rumah
kontrakan tempat kost-nya Andrean dan teman-temanya itu. Teman-teman Andrean
ada beberapa yang tubuhnya sangat kuat dan tidak mabok dan mereka pada memasuki
kamarnya masing-masing.
Dan
Hadi sendiri walau minum sangat banyak tidak muntah-muntah dan tidak mabok
membuatku heran pula dengan kondisi seperti itu. Dengan inisiatifnya
masing-masing, Harry digotong dan sekaligus direbahkan tepat disamping kiri-ku
yang masih menonton Televisi karena aku tidak turut minum itu, Andrean
disamping Harry dan BF-nya, Hadi disamping kananku pula dan yang lainnya pada
berpisah sesuai dengan kamarnya masing-masing pula. Aku juga sempat kaget
menyaksikan sosok orang ganteng hingga kronis akibat minuman beralkohol itu.
“Rick. Harry cakep ya.!” Kata Hadi membisik padaku yang berbaring disebelahnya
Harry itu. “Ya. Ganteng banget dia itu. Kasihan dia sampai kojor begitu. Luar
biasa kadar alcohol pada minuman itu. Loe kagak mabok, Di?” Kataku heran pula.
“Ga. Gue kuat kalau minum, Rick.” Kata Hadi.
Bersamaan
dengan itu BF-nya Andrean “Aldo” meraba-raba perut Harry yang sedang terkapar
mabok berbaring disampingku itu. Tidak perduli dengan Andrean BF-nya itu yang
sedang terkapar mabok berbaring disebelahnya pula sambil muntah-muntah dan
baunya tidak sedap. Aku sendiri tadinya heran pula dengan sikap BF-nya Andrean,
Aldo itu, secara terang-terangan menyentuh tubuh laki-laki ganteng disamping
BF-nya pula, apa karena sedang mabok pula, atau kebebasan berekspresi dalam
selancar cinta terlarangnya itu. Anehnya Hadi juga yang terhalangi tubuhku
berbaring itu tangannya turut meraba-raba tubuh Harry itu pula. Bahkan Hadi
sambil berbicara. “Rick. Buka resluiting celana Harry.” Kata Hadi. Menyaksikan
hal itu Aldo berhenti dan memperhatikanku ini bersama Hadi itu pula. Tapi kini
malah Aldo yang membuka resluiting celana Harry itu.
Akupun
hanya terdiam menyaksikan mereka itu. Dan Oh My God, Hadi mengajakku bercinta
dengan Harry itu pula didepan orang-orang mabok termasuk Aldo yang kini malah
serba salah pula. Seluruh pakaian Harry juga kini pada akhirnya pada dilepas
dari tubuhnya, dan ternyata Harry juga merespon bercintanya itu pula, membuatku
kaget. Kini kami pada bercinta orgy sesuai dengan keinginan Hadi itu yang
selama ini diidam-idamkannya, apalagi sosok Harry itu seorang laki-laki paling
ganteng yang berada di sekitar itu. Orgy terjadi diluar jadwal dan rencana
dalam kepuasan nafsu sex kaum Gay/Bisex itu.
Sepertinya
semuanya pada menikmati sosok tubuh Harry yang memang sedang mabok itu. Anehnya
Andrean yang mabok juga lama-lama agak sadarkan diri dan turut bercinta pula
bersama Aldo dan Harry juga. Yang membuatku aneh dan kaget lagi sosok tubuh
Harry yang badannya ideal dan tinggi itu juga ganteng terlihat manly ternyata
merespon yang lainnya dalam bercinta orgy sesama jenis yang bebas dalam
freesex-nya itu pula. Freesex Orgy itu tanpa terkendali hingga pagi hari dan
semuanya pada saling bercinta dalam kebebasannya, bagaikan orang-orang yang
mabok drugs juga mabok asmara dalam hasyrat birahinya itu pula. Harry juga
malah terlihat menikmatinya dan membuat yang lainnya semangat.
Dan
keesokan harinya hanya aku yang baik pada Harry, aku juga sharing nomor Hand
Phone sementara yang lainnya hanya pada diam dan pada bersikap seperti tidak
pernah terjadi sesuatu dengan Harry, padahal telah terjadi orgy dalam
ketiksadaran kaum Gay/Bisex itu sendiri karena sebelumnya dipengaruhi drugs
yang beralkohol sangat keras itu. Aku dapat mengutarakan hal ini karena aku
tidak minum minuman-minuman keras itu namun aku turut bercinta dengannya atas
dasar saran dan ajakan Hadi dan Aldo itu sendiri, aku kini bagaikan diajarin
oleh Hadi dan yang lainnya dapat bercinta sesama jenis, threesome dan
lain-lainnya itu yang sebelumnya diluar fikiranku ini. Freesex Orgy dalam
kebebasan ekplorasi sex yang cukup liar itu benar-benar diluar dugaan, pantas
jika Hadi menginginkan hal seperti itu karena dapat saling ganti pasangan pula
dalam kebebasan eksplorasi sex-nya itu pula sesuai dengan selancar hawa
nafsunya dalam dunia Gay-Bisex yang masih terselubung namun nyata.
Sesuai
jadwal, Hadi berangkat kembali ke Balikpapan, Kalimantan Timur itu hendak
melanjutkan tugasnya itu. Seperti biasa Hadi selalu menghubungiku setiap hari
dan setiap malam juga. Aku juga di Jakarta masih suka menerima kontak dari
teman-teman Gay/Bisex yang dari jejaring khusus itu termasuk Harry itu yang
kini menganggapku sebagai abangnya sendiri. Aku berkawan dengan kaum Luth itu
hanya sebatas teman sesuai dengan komitmen bersama dan tidak saling mengganggu
satu dengan yang lainnya, berbeda dengan Hadi yang khusus untuk kepuasan
sex-nya itu. Aku juga kadang-kadang makan bersama dengan mereka atas dasar
undangan mereka itu. Aku perhatikan mereka menghargaiku mungkin karena aku
telah cukup usia dan aku dijadikan Kakak-kakak oleh mereka itu, termasuk Harry
itu. Namun aku tidak terfikirkan jika kesempatan untuk selingkuh juga sangat
luas sekali karena jauh dari Hadi itu, tapi aku tetap setia pada Hadi itu.
Lagipula jika mengundang teman juga akan diketahui oleh keluarganya Hadi yang
jaraknya dekat sekali dengan rumah utamanya itu dan bahkan aku menginap
dikamarnya Hadi dirumah utamanya pula, mungkin Ibu-nya Hadi juga akan laporan
pada Hadi itu jika aku selingkuh.
Dan
setelah tiga bulan berikutnya Hadi di Kalimantan, Hadi kembali lagi ke Jakarta.
Namun kini seiring perkembangan terdapat keanehan pula. Hadi sering
kontek-kontek orang curi-curi pandang dan menghindarkanku pula jika aku sedang
bersamanya itu. Aku kesal memperhatikannya itu telah jelas yang dikonteknya itu
pasti laki-laki idaman lainnya pula. Dan ternyata dugaanku benar sekalai. Aku
terjadi perang mulut kembali dengan Hadi itu karena kini Hadi memohon ingin
memiliki BF di KalimantanTimur itu selain aku sendiri, dengan alasan; daripada
jajan dan bercinta dengan laki-laki yang tidak jelas. “Rick. Boleh ya gue
pacaran di Kalimantan itu? Loe tetap BF gue di Jakarta.” Kata Hadi pada
kesempatan malam itu membuatku kaget. “Loe gimana sih, Di. Punya hati dan
perasaan ga sih loe, Di?” Kataku. “Justeru gue punya hati dan perasaan makanya
gue bilang sama loe agar loe ga marah, Rick. Daripada gue jajan laki-laki ga
sehat kan? Ga sehat untuk gue dan ga sehat untuk loe juga kalau gue bercinta
sama loe nantinya. Gue milih punya pacar aja agar sehat selama disana aja. Kan
gue nantinya kembali lagi ke Jakarta. Kembali lagi sama loe, Rick. Please ya
Rick..!!” Kata Hadi. Sejenak aku termenung dan kesal juga pada Hadi itu.
“Sorry
gue ga bisa ngomong, Di.” Kataku terdiam dan bingung juga menghadapi
kepribadian Hadi itu. “Gue punya BF selama di Kalimantan aja, Rick. Gue tetap
BF loe. Nanti gue janji kembali sama loe disini, Rick. Itu hanya untuk
sementara aja, Rick. Loe ga mau kan kalau gue jajan laki-laki dan kena
penyakit?” Kata Hadi. “Ga. Sebetulnya gue ga mau diselingkuhin, Di. Gue punya
hati dan perasaan.” Kataku. “Ya iya sama gue juga puya hati dan perasaan. Itulah
mengapa gue masih sayang sama loe. Loe juga disini kan aman-aman saja kan,
Rick.” Kata Hadi. “Aman dari Hongkong? Kakak loe itu si Warti tetep suka kritik
gue. Masalah makan dan masalah tinggal disini. Makanya gue suka puasa juga
untuk mengurangi frequensi makan juga dirumah loe itu.” Kataku.
”Ya
udah, nanti gue ngomong sama si Warti itu. Makanya do’ain gue juga agar gue
lekas kembali ke Jakarta dan bersama loe lagi disini. Loe bantu ke Oom itu juga
agar gue lekas dapat kembali ke Jakarta. Gue bisa hidup bersama loe lagi, Rick,
disini seperti biasa.” Kata Hadi. “Gue hampir setiap hari puasa hingga
dikatakan orang aneh sama orang-orang. Gue juga kan sekaligus bantu do’a loe
juga agar loe lekas kembali ke Jakarta dan seperti dulu. Gue juga sering ke Oom
agar loe bisa cepat ke Jakarta lagi kembali ke gue.!! Gue disini setia sama loe
dan menunggu loe.!” Kataku. “Iya. Loe memang baik dan setia, Rick. Jadi setuju
gue punya pacar lagi di Kalimantan itu kan? Hanya untuk sementara aja.” Kata
Hadi membuatku bingung dan kesal menjadi satu pula.
Sejenak
aku termenung rasanya berat sekali jika aku harus dipoligami atau dimadu
seperti itu. Aku berfikir masa laki-laki dapat dipoligami seperti ini dan
bagaimana perasaan yang memadunya dan yang dimadunya, juga laki-laki simpananannya
itu, bagaimana perasaan mereka itu. Sementara aku hanya diam saja dan setia
padanya itu dalam kesabaran yang nyata. Dengan berat hati aku bicara pula.
“Boleh loe pacaran disana tapi hanya untuk sementara tugas di Kalimantan aja.
Loe harus janji sama gue.” Kataku. “Iya, gue janji, Rick. Gue pacaran disana
sama orang sana juga.” Kata Hadi. “Iya, gue tahu orangnya ko. Si Roby Kirana
itu kan.!? Temen kost loe itu.” Kataku membuat Hadi terperanjat pula. “Loh, ko
loe tahu sih nama dan tempat tinggalnya.!?” Kata Hadi matanya terbelalak pula.
“Ga usah nanya gue. Dia masuk kemar loe juga kan dan difoto dengan kucing itu.”
Kataku. “Loh. Ko loe tahu sih? Darimana loe bisa tahu, Rick? Siapa yang ngasih
tahu?” Tanya Hadi. “Alllahh.. Ga usah nanya itu. Loe sering ketemu dia dan
makan-makan juga sama dia kan?” Kataku. “Iya, iya, Rick. Ko loe bisa tahu itu
sih.?” Kata Hadi heran dan menatapku tanpa kedip. “Kalau memang hanya untuk
sementara loe ga apa-apa. Tapi ingat, kalau kembali lagi ke Jakarta loe tetap BF
gue.!!” Kataku. “Iyaaa… Terima kasih Rick.” Kata Hadi kini memeluk dan mencium
aku pula. Dengan berat hati aku harus mengambil keputusan itu karena aku
benar-benar sedang galau pula dan posisinya serba salah pula.
.Aku sebetulnya mendapatkan
semua informasi itu dari SMS-SMS dan report record kontak Hadi dari Hand Phone
Hadi itu sendiri termasuk dari BB Hadi itu. Juga dari laptop Hadi ketika sedang
dibuka dan Hadi sendiri lalai meng-off-kan laptop dan E-Mail-nya itu membbuatku
semakin terbuka lebar mendapatkan database itu pula bahkan kini aku telah
mengetahui jika Hadi akan berjalan-jalan “Honeymoon” dengan Roby Kirana itu ke
Malaysia dan Singapore itu membuatku kesal dan jengkel. Bahkan Hadi juga telah
membooking beberapa ticket pesawat bersama teman-temannya di Kalimantan itu
pada akan berjalan-jalan ke Malaysia juga. Aku juga tahu jika Hadi bicara pada
Roby itu membohong dan seakan-akan jika Hadi itu sosok single saja.
Kini
nasi telah menjadi bubur sepertinya Hadi itu benar-benar tidak dapat dipercaya
akan semua kata-katanya itu, hati dan perasaanku kini sakit dan tak tahu
rasanya bagaimana lagi. Aku benar-benar serasa dibohongi dan dibodohi oleh Hadi
tapi aku sepertinya tidak ada pilihan lagi, Aku harus dapat menerima kenyataan
yang ada karena memang ternyata setelah lebih dari 10 tahun aku berpacaran
dengan Hadi di dunia Gay/Bisex sepertinya tidak ada kesetiaan walau aku
berusaha untuk setia. Aku selalu lemah dan selalu dibohongi walau aku telah
setia demi seorang kekasih yang aku cintai dan aku sayangi itu selama ini. Aku
menunduk dan merenung sambil memikirkan nasibku ini yang selalu dibohongi oleh
Hadi itu yang jika dilihat dari penampilan sosok Hadi itu terlihat ramah tamah
dan sopan, namun sebaliknya urusan hati dan perasaan Hadi itu sangat tidak sopan
dan sangat tidak ramah pula mungkin terdorong emosi sex itu.
=====o0o=====
Alamat Mimpi
Ketika Hadi masih bertugas di Kalimantan Timur itu
aku bermimpi bercinta dengan Hadi itu sendiri telah berulang kali termasuk
mimpi yang aneh-aneh juga bukan hanya satu kali tapi berulang kali pula. Mimpi
yang membuatku heran juga pernah aku mengalaminya. Aku juga tidak tahu pasti
apakah mimpi itu sebagai alamat atau bukan. Namun bagiku cukup berfikir dalam
dan serius pula. Adapun mimpi yang aku masih ingat sebagai alamat itu adalah
sebagai berikut;
Aku
dan Hadi berjalan-jalan di kota Kalimantan Timur, sama dengan yang pernah aku
lakukannya itu sebelumnya, berjalan-jalan dan berfoto-hoto bersama penuh dengan
sukaria, penuh dengan candaria pula dalam batas kewajaran. Tetapi anehnya Hadi
secara terus-menerus komunikasi di BB-nya itu. Dan ternyata online komunikasi
di BB itu yang telah diberikan keleluasaan berkomunikasi itu disalahgunakan
oleh Hadi. Ternyata yang selama ini aku
berikan keleluasaan menggunakan BB itu dipakai selingkuh pula sama dengan
kenyataan yang ada dan sebenarnya itu pula. Hadi langsung menghampiri Roby
Kirana yang telah menjemputnya secara terang-terangan dihadapanku dalam
pandangan sinis Roby Kirana itu pula. Aku hanya terdiam dalam sabar menghadapi
semua itu sambil menatap dan memperhatikan Hadi dan Roby yang berjalan ke dekat
motor yang sedang diparkir dibawah pohon sangat besar dan bersulur panjang itu.
Roby Kirana tampak terlihat penuh kebencian
menatapku sambil merangkul Hadi, lalu berangkat berduaan dengan motornya itu.
Hadi juga hanya tersenyum sinis menyaksikanku ini sambil memeluk Roby itu. Tapi
aku mengejarnya dari bagian belakang dengan teman Gay/Bisex aku yang setia
menemaniku dan tidak terlibat cinta lokasi maupun cinta terlarang denganku ini.
Dan ternyata Hadi dan Roby telah menyewa kapal boat akan berlayar ke Singapore
itu sekaligus bulan madunya juga. Di Singapore juga Hadi dan Roby penuh sukaria
dan bercumbu bersama pula seakan-akan dunia itu hanya miliknya dan yang lainnya
hanya mengontrak saja, bahkan Hadi dan Roby pada berciuman secara
terang-terangan didepan umum itu pula. Hadi dan Roby bercinta juga secara bebas
seakan-akan aku tidak dapat melihatnya padahal aku bersama teman-teman itu
selalu mengikutinya pula akan apa yang akan diperbuat oleh Hadi dan Roby itu
dalam sukaria selingkuhnya itu.
Hadi ternyata bercumbu rayu dan mengobrol serta
berbohong pada Roby jika dirinya itu masih single dan baru berpacaran dengan
laki-laki membuat Roby tertarik dan ingin memiliki sosok Hadi itu, apapun
alasannya. Dan Hadi mengatakan jika aku ini sebagai teman, mantan BF-nya pula
namun tinggal bersama keluarganya pula. Selama di Singapore Hadi dan Roby penuh
dengan sukaria dan tak ubahnya seperti pengantin yang sedang berbulan madu,
tanpa disadarinya aku sendiri sebagai pacarnya berada disekitarnya dan selalu
mengikutinya secara terus menerus dibagian belakangnya. Aku hanya menarik nafas
panjang dalam kesabaran yang nyata menyaksikan tingkah laku Hadi bersama pacar
selingkuhannya itu, aku tidak dapat berbuat banyak karena masih bijaksana tapi
hati dan perasaan ini yang mejadi korbannya itu.
Aku mengikuti Hadi kembali ke Kalimantan lagi
bersama pesawat terbang. Namun tanpa diduga Hadi berpaling padaku kembali
sambil berbicara. “Rick. Tempat kita di Kalimantan Timur ini seperti ini. Gue
senang kerja disini karena gue udah punya pacar laki-laki juga, Roby Kirana
yang dipanggil Aby itu.” Kata Hadi sambil menatap taman yang sangat lebar namun
tidak ada pengunjungnya kecuali aku dan Hadi itu sementara Roby kini telah
menghilang entah kemana. “Apapun alasannya loe harus ingat, Di. Loe pacaran
dengan Roby Kirana hanya untuk sementara saja. Loe udah berulang kali berjanji
sama gue jika loe itu pacar gue dan akan kembali lagi ke Jakarta dan kembali
lagi ke gue disamping bekerja seperti biasa. Tempat ini juga kan pilihan loe
memilih tempat seperti ini.” Kataku sambil menatap kesana kemari namun tetap
tidak ada orang juga di taman yang sangat luas dan sangat lebar itu membuatku
bertanya-tanya pula sambil menatap kesana kemari.
“Ya udah kita berjalan-jalan aja kesini Rick.” Kata
Hadi sambil berdiri mengajakku berjalan. Aku juga mengikutinya dari bagian
belakangnya. Dan anehnya taman yang sangat luas dan sangat lebar itu semakin
kemari semakin aneh, berubah menjadi kebun bambu dan pohon-pohon raksasa
bersulur pula membuatku heran pula. Hewan-hewan hutan juga terdengar sangat
keras membuat buku kuduk menjadi merinding. Aku dan Hadi berjalan terus hingga
petang hari dan memasuki rumah gubuk terbuat dari bilik bambu juga. “Rick.
Disini tempat kita tinggal dan berteduh. Gue disini bersama Roby Kirana itu.”
Kata Hadi sambil rebahan ditempat tidur terbuat dari bambu dan kasurnya dari
kapas itu. “Oh, bagus juga tempatnya, Di. Sangat tradisional.” Kataku sambil
menatap pada semua sisi dan pojok bangunan rumah bambu itu. “Iya. Gue suka
tempat ini. Tempat mandi dan kakusnya ada dibagian belakang juga, Rick.” Kata
Hadi sambil tiduran. “Oh. Iya nanti gue lihat dulu ya.” Kataku. Dan kemudian
aku melihat kamar mandinya, ternyata bergenang air hujan dan air kolam serta
air pesawahan membuatku heran pula sambil memperhatikan kamar mandinya itu yang
terlihat kumuh pula.
Kemudian aku kembali ke kamar tidur, dan kini
ternyata Hadi sedang bercinta dengan Roby juga membuatku kesal dan
memperhatikan Hadi dan Roby yang sedang bercinta itu. Aku hanya berdiri dalam
kesabaranku ini menyaksikannya itu. Setelah bercinta dengan Robby, kini Roby
yang ,asih telanjang bulat itu tiba-tiba keluar dan Hadi menatapku yang masih
menatap memperhatikannya pula. “Kenapa, Rick? Sini temenin gue disini.” Kata
Hadi. Aku dengan kesal dan sabarnya melangkah dan berbicara. “Loe harus ingat,
Di. Kita telah berjanji tidak akan saling mengkianati. Loe kan berulang kali
selinguh tapi tetap ga pernah berubah pendirian loe itu kapan akan berubahnya,
Di? Punya hati dan perasaan ga sih loe?” Kataku sambil terpaksa duduk disamping
tempat tidur itu lalu menatap sosok Hadi yang kini hanya berselimut karena
masih telanjang telah bercinta itu.
“Kan loe udah memberikan izin gue pacaran sama Roby
itu. Sini temenin gue disini. Roby udah pergi ko.” Kata Hadi. “Iya. Tapi gue
hanya memberikan izin loe pacaran sama Roby itu hanya untuk sementara saja.”
Kataku sambil rebahan pula karena telah larut malam dan bunyi suara hewan-hewan
hutan rimba belantara semakin terdengar sangat keras bagaikan seakan-akan
berada disekeliling rumah bambu itu pula. Akupun rebahan dan dipeluk Hadi yang
memeluk erat sekali. Hadi juga meraba-taba tubuhku sepertinya tidak perduli
dengan bunyi suara hewan hutan rimba belantara itu yang terdengar sangat
mengerikan dan sangat menyeramkan pula. Kini akupun bercinta dengan Hadi di
dalam rumah gubuk bambu itu hingga pagi hari. Dan sepertinya disekitar tempat
itu hanya aku dan Hadi, tidak ada rumah lain selain gubuk bambu itu.
Dan tepat pada jam 03:30 dini hari, aku berpamitan
pada Hadi jika aku hendak ke kamar mandi sekalian akan mandi juga. Aku tidak
perduli walau kamar mandinya tergenangi air dan tembus air hujan pula seperti
itu. Secara perlahan-lahan aku memasuki kamar mandi yang terbuat dari bilik
bambu juga dan aku menginjak kayu-kayu pohon sebesar betis kaki. Tampak
kloset-nya untuk buang air besar itu sangat tradisional dan sangat berbahaya,
terlihat sebagiannya tertutupi ranting-ranting dan daun-daun kering. Kayu-kayu
pohon itu terlihat hanya beberapa saja dan disusun secara acak pula. Namun aku
tetap melangkah dan menginjak kayu-kayu pohon itu. Bersamaan dengan itu aku
dapat menyaksikan beberapa ular berwarna hitam sebesar betis kaki pula
ukurannya sangat panjang melintasi dan berkeliling di dalam kamar mandi itu
tapi aku tetap melangkahnya karena dini hari itu aku harus buang air besar. Aku
sendiri befikir mengapa Hadi memilih tempat seperti itu. Tapi karena aku
bersama Hadi, aku tidak mempermasalahkannya itu sebab tempat itu pilihan Hadi
itu sendiri.
Aku seperti biasa layaknya orang yang akan buang air
besar dan jongkok di atas kayu-kayu pohon itu sebab rancangannya seperti itu
dan di bagian bawahnya hanya terlihat lubang kecil untuk pembuangan kotoran
buang air besarnya itu. Dan disekelilingnya air itu yang menggenangi sekeliling
kamar mandi pula, sementara dibagian luar sedang berlangsung hujan sangat deras
hingga air hujannya dapat menembus kedalam kamar mandi dan gubuk bambu itu pula
sebab atapnya terbuat dari daun-daun panjang yang tersusun saja. Namun baru
saja aku jongkok dan membuka celana dalam, tiba-tiba BRAAKK..!! KROOKK..!!
WUUUZZHHHBB..!! WUIIIZZHHHH..!! pohon-pohon kayu tempatku berpijak itu ambruk
ke dalam lubang kecil itu, dan ternyata lubang kecil itu hanya jebakan, ketika
aku terhempas dan terjelembab kedalam lubang sumur yang sangat dalam dan sangat
gelap juga mengerikan itu sangat bau kotoran manusia pula. Masuk di akal karena
sumur yang panjang kedalamannya itu ratusan meter itu tempat buang air besar
Hadi dan Roby itu.
=====o0o=====
Teman Tapi Mesra
“Har. Ketika Harry diserang oleh kami itu dan
bercinta apakah Harry juga menikmati bercinta orgy itu? Bagaimana perasaannya
apakah kesal atau kaget.?” Kataku. “Ga tahu ya Bang, karena Harry tahunya dari
Abang ini aja. Mereka pada gak pernah cerita juga sama Harry, Bang. Kesal sih
kagak, Bang. Tapi waktu itu sempet kaget aja disekitar Harry tidur itu banyak
cowok ganteng semuanya juga seperti Abang juga disampigku itu, dan kalau ga
salah aku peluk Abang juga kan? Aku seperti dalam mimpi gitu-lah Bang.!” Kata
Harry tersenyum tenang, terlihat berfikir pula. “Har. Ma’af, kalau boleh aku tahu,
memangnya Harry suka sama sejenis juga?” Tanyaku ingin tahu. “Harry Bisex,
Bang. Sekong..!! Harry juga pernah bercinta dengan perempuan di hotel ketika
pulang sekolah. Juga dengan laki-laki. Dan sama Abang itu juga kan?” Kata
Harry.
Mendengar jawaban pengakuan dari Harry akan rasa
terselubungnya itu aku juga cukup kaget dan senang karena kini ada teman sesama
Bisex dan senasib pula. “Oh. Kalau tahu gitu, dulu aku bisa bercinta dengan
Harry lama. Sayangnya aku baru tahu sekarang, Har.” Kataku sedikit bercanda.
“Haha. Bang.!” Kata Harry. “Ya, Har.” Kataku menatap Harry. “Abang punya DVD
Gay atau Bisex ga?” Tanya Harry. “Oh. Ada. Salinan dari Hadi itu, dia
koleksinya banyak banget dech, Har.!!” Kataku. “Boleh Harry lihat ga Bang?
Nonton aja disini kan ga ada siapa-siapa, cuman kita berdua aja.” Kata Harry.
“Bentar aku ambil dulu ya, Har.” Kataku sambil mengambil DVD-DVD Gay itu. Dan
setelah mendapatkan DVD-DVD Gay itu kini aku dan Harry pada menontonnya pula
berduaan aja tampak membuat Harry betah pula.
Dan setelah sekian lama menonton film itu, anehnya
Harry itu langsung membuka pakaiannya sambil berbaring ditempat tidur itu. Aku
juga menyaksikan tingkah Harry seperti itu hatiku semakin berdetak juga sambil
menatapnya karena Harry itu juga benar-benar sexy sekali. Satu persatu
pakaianya dilepas membuatku menjadi salah tingkah pula, tapi Harry sambil
menonton film itu pula. “Bang. Abang kan diselingkuhin sama Mas Hadi itu.
Sekarang balas dia Bang, Abang bercinta dengan Harry. Sini sama Harry, Bang.”
Kata Harry sambil memegang alat vitalnya itu. Aku yang tadinya heran dan serba
salah namun pada akhirnya kini aku juga membuka pakaianku dan menghampiri Harry
yang sedang berbaring dan telanjang bulat itu pula. Harry sendiri langsung
memelukku dan menciumi aku khususnya bibirku ini, lalu Harry membelai-belai
tubuhku, sebaliknya akupun demikian dan Love Songs-pun kini terdengar
menemaninya dari laptopku itu pula:
I'LL MAKE
LOVE TO YOU
(Lirik
lagu I’ll Make Love To You – Boyz II Men )
Close your eyes, make a wish, And blow out the candle light
For tonight is just your night, We're gonna celebrate, all thru the night
Pour the wine, light the fire, Girl your wish is my command
I submit to your demands, I'll do anything, girl you need only ask
I'll make love to you, Like you want me to
And I'll hold you tight, Baby all through the night
I'll make love to you, When you want me to
And I will not let go, 'Till you tell me to
Girl relax, let's go slow, I ain't got nowhere to go
I'm just gonna concentrate on you
Girl are you ready, it's gonna be a long night
Throw your clothes (Throw your clothes) on the floor (on the floor)
I'm gonna take my clothes off too, I made plans
to be with you
Girl whatever you ask me, you know, I could do
I'll make love to you, Like you want me to
And I'll hold you tight, Baby all through the night
I'll make love to you, When you want me to
And I will not let go, 'Till you tell me to
Baby tonight is your night, And I will do you right
Just make a wish on your night, Anything that you ask
I will give you the love of your life, your life, your life
I'll make love to you, Like you want me to
And I'll hold you tight, Baby all through the night
I'll make love to you, When you want me to
And I will not let go, 'Till you tell me to
Girl whatever you ask me, you know, I could do
I'll make love to you, Like you want me to
And I'll hold you tight, Baby all through the night
I'll make love to you, When you want me to
And I will not let go, 'Till you tell me to
Baby tonight is your night, And I will do you right
Just make a wish on your night, Anything that you ask
I will give you the love of your life, your life, your life
I'll make love to you, Like you want me to
And I'll hold you tight, Baby all through the night
I'll make love to you, When you want me to
And I will not let go, 'Till you tell me to
I'll make love to you, Like you want
me to
And I'll hold you tight, Baby all through the night
I'll make love to you, When you want me to
And I will not let go, 'Till you tell me to.
And I'll hold you tight, Baby all through the night
I'll make love to you, When you want me to
And I will not let go, 'Till you tell me to.
=====o0o=====
Tester
Random – Bersambung Summary 6
(Selengkapnya di buku bersangkutan)
=====o0o=====