Summary 5

SAMBUNGAN RANGKUMAN / SUMMARY 4

Orang Yang Membenci Meninggal Dunia
Namun alangkah kagetnya ketika kami berdua masih sedang lelap tidur, aku mendengar Sari menjerit sangat keras sehingga aku panic dan terbangunkan juga. “BAPAAAAAKKKK….! JANGAN TINGGALKAN SAYA..!! BAPAAAKK…!!!” Teriaknya sangat keras lalu menangis disertai bunyi semua anggota keluarganya yang mengucapkan. “INNA LILLAHI WA’INNA ILAIHI RAJIUNN….!“ Kata yang lainnya sangat keras. “BAPAAAKKK…..!!” Kata Ibu Sutiariyah terdengar sangat keras sambil menangis juga. “MAS RICKYYYY… TOLOOONG.!!” Teriaknya membuat aku semakin sadar ternyata bukan mimpi.
Karena aku panik, lalu aku membangunkan Hadi. “Di..!! Di…!! Bangun..!! Lekas masuk ke dalam..!!” Kataku sambil beranjak meloncat mendahuluinya. Hadi-pun bangun dan mengikutiku pula memasuki ruangan Pak Paiman itu. Dan tampak kini Pak Paiman, orang yang membenciku itu telah meninggal dunia, dikelilingi anggota keluarganya itu yang pada sedang perangkul dan memeluknya sambil pada menangis pula. “INNA LILLAHI WA’INNA ILAIHI RAJIUNN…!!” Kataku dan Hadi bersamaan. Tampak Hadi meneteskan air matanya. Aku juga tanpa terasa meneteskan air mata pula sambil berbicara. “Mbak Sari, Ibu, sabar.” Kataku. “Di. Sabar ya.” Kataku. “Ya, Rick.” Kata Hadi menyeka air matanya. Kini tampak keluarga yang sedang berduka itu terlihat sangat menyedihkan juga.
Bersamaan dengan itu para petugas Rumah Sakit sangat tanggap, lalu pada membantu menenangkan semuanya sekaligus menyelesaikan tugasnya masing-masing pula. Hadi juga sibuk menghubungi anggota keluarga yang berada dirumahnya termasuk memberikan informasi pada keluarga yang belum ada dirumahnya itu khususnya yang berada di daerah dan di Jawa; menginformasikan jika Pak Paiman itu telah meninggal dunia pada saat itu. Tidak lama kemudian Kakak ipar Hadi, suaminya Sari sebagai Polisi Kehutanan juga datang pula untuk membantu segala administrasi disana bersama Hadi dan Sari. Namun kini Sari menghampiriku sambil berbicara. “Oom Ricky. Tolong dibantu ya..!!” Kata Sari. “Ya, Mbak.” Kataku. “Oom Ricky. Oom temani mayat Bapak dan jangan ditinggalkan.! Jangan sampai ada anggota badannya yang hilang.!!” Kata Sari membuatku kaget pula. “Maksudnya, Mbak?” Kataku. Tapi kini Sari dan Ibu Sutiariyah malah menghampiriku. “Oom Ricky. Jangan sampai ada anggota badan Bapak hilang diambil, seperti bola mata, otak, tangan dan lain-lainnya.” Kata Sari.
“Iya, Mas Ricky. Mas Ricky ikuti saja petugas itu ke ruang jenazah dulu lalu ke mobil ambulan. Kalau mayat Bapak dimasukan keruangan, ikuti saja jangan sampai di atopsi atau diambil anggota badanya. Ngerti kan maksudnya.!?” Kata Ibu Sutiariyah menggaris bawahin juga. “Loe ikutin saja mayat bokap gue dibawa kemana. Jangan biarkan mereka mengambil anggota badan bokap gue. Gue mau ngurusin adminsistrasi sama suaminya Sari. Nanti gue kesana, Rick.” Kata Hadi. “Ok, gue faham. Gue mau dorong berangkar (Ranjang pasien khusus untuk mayat dan beroda) mayat ini sesuai regulasi yang ada.” Kataku. “Baik, Pak. Siapa yang akan menemani pasien ini ke ruangan jenazah?” Tanya petugas yang cantik itu membuatku kaget pula. Kini kami saling tatap satu dengan yang lainnya.
Lalu aku berbicara. “Saya, Suster..!” Jawabku tanggap sambil memegang besi dorongan berangkar  itu siap mendorong mayat Pak Paiman. “Baik, Pak. Kita kesana saja sekarang. Ikuti kami saja, Pak.” Kata kedua suster cantik itu. Dan ketika melihat suster cantik itu aku teringat film yang bertemakan hantu juga tapi aku still yakin saja. Dan kami-pun berpisah karena masing-masing memiliki tugas yang harus segera diselesaikan juga pada dini hari itu. Aku mendorong berangkar mayat dibelakang kedua suster itu mulai dari ruangan, sepanjang koridor, lift khusus, koridor yang sangat panjang dan lebar disampingnya terlihat vast-vast bunga dan kursi-kursi kosong karena masih pagi buta. Tampak selama perjalanan keruangan jenazah itu membuat bulu kudukku merinding juga, tidak ada orang seorangpun kecuali kami bertiga dan ke-empat mayat itu sendiri yang seluruh tubuhnya ditutup oleh kain batik dan selimut yang terdapat di Rumah Sakit Polri itu sendiri.
Menghadapi kondisi seperti itu aku berguman juga “Gile cing.! Kedua suster cantik ini jagoan juga. Mengawal mayat yang gue dorong ini.? Ini baru cewek sexy..!!” Kataku. Derak sepatu dan bunyi suara roda berangkar berputar itu yang hanya terdengar selama perjalanan di dalam kawasan Rumah Sakit Polri itu, yang membuatku kaget tidak ada orang yang sedang duduk dikursi sepanjang koridor Rumah Sakit itu membuatku heran pula menjadi bulu kudukku semakin merinding pula apalagi kini aku sendiri yang sedang mendorong seonggok mayat yang harus aku jaga juga khawatir anggota badannya pada diambilin oleh para petugas itu. Kini aku juga serasa diikuti roh-roh jahat pula di bagian belakangku membuatku semakin salah tingkah dalam langkah-langkah di keremangan dini hari itu, bulu kuduk semakin merinding setelah menyaksikan kondisi dan suasana seperti itu yang sepi dari orang-orang dan remang-remang lampu saja.
Seumur hidupku baru mengurusin mayat itu apalagi mendorongnya dalam keremangan malam seperti itu. Koridor demi koridor telah dilewatinya dalam kesunyian dan keheningan malam itu bersama mayat. Setelah memakan waktu cukup lama dan jantung serta andrenalinku bergerak secara terus-menerus, kini aku dapat melihat beberapa orang dari kejauhan yang masih pada sedang duduk, dan pada sempat menatap kami ini yang terlihat seorang laki-laki sedang mendorong mayat dikawal oleh kedua suster cantik di pagi buta itu dalam keremangan lampu Rumah Sakit itu. Tatapan-tatapan bola orang-orang itu terlihat penuh kemisteriusan, setelah menatap kami yang berjalan ini lalu mereka pada menunduk, dan ketika kami melaluinya mereka tepat dihadapan mereka sendiri, kini mereka pada memalingkan semua wajahnya dan pada tidak menyaksikan kami bertiga melewatinya itu. Sepertinya mereka semua pada tidak ingin melihat dipagi buta itu terdapat mayat yang sedang dikawal itu yang dapat menambah suasana semakin memilukan dan menyedihkan hati dan perasaan karena tentunya semua anggota keluarganya yang masih pada sedang dirawat di Rumah Sakit Polri itu pada ingin lekas sembuh seperti semula. Masuk di akal jika aku pun menyaksikannya seperti itu akan merasa meringis bagaikan mimpi buruk menjadi kenyataan dihadapannya itu dan mengharapkan semua anggota keluarganya sembuh kembali, bukan menjadi mayat seperti yang aku dorong ini. Aku merasa tidak ada kehidupan setelah menyaksikan kondisi seperti itu, semua orang pada tidak ingin menyaksikanku ini, apakah ganjaran dari Almarhum itu sendiri tidak ingin disapa atau tidak menerima ucapan bela sungkawa itu dari orang-orang disekitarnya membuat aku heran dan semakin tegang juga aneh sekali menghadapinya itu.
Tapi aku dan kedua suster cantik itu tetap berjalan secara perlahan-lahan agar jasad almarhum tidak terjatuh dari berangkar-nya. Kerumunan orang itu telah kami lewatinya, dan ketika aku sengaja kembali menatap mereka ke belakang sementara langkahku dipelankan, tampak mereka kini pada mencuri pandang kembali sebagian ada yang menatapku seperti malu-malu dan sebagian dari mereka pada menatapku sangat tajam dan tidak ada senyuman atau bahasa isyarat menyapa sedikitpun kecuali hanya gerakan-gerakan pandangan tajamnya itu saja sambil pada menunduk membuatku semakin aneh. Apakah mereka itu manusia atau hantu yang pada sadang nongkrong atau berpura-pura menjadi manusia karena tidak sepatah katapun yang terucap atau menyapaku, aku juga tidak tahu pasti. Tapi pada kenyataannya dari sekian banyak orang itu tidak ada yang berbicara satu patah katapun, hanya gerakan-gerakan dan bahasa tubuh saja yang membuatku heran dan aneh sekali.
Aku dan kedua suster cantik itu melanjutkan perjalannnya hendak ke ruaangan jenazah. Selama perjalanan aku tidak berbicara karena aku juga merasa tegang pula mendorong mayat dikawal dua suster cantik itu dalam keremangan dan kesunyian malam yang hening sekali, bulu kudukku tetap merinding membuatku tidak nyaman pula. Setelah agak jauh dari komunitas orang-orang tadi yang pada duduk sekitar pohon dan bunga terpisahkan koridor itu, aku mencuri pandang kembali pada mereka, namun tampak mereka masih pada sedang menatapnya sangat tajam sekali tetapi pada tidak bicara walau dengan mereka juga, membuatku heran pula dan merasa aneh dipagi buta itu, lalu aku menatap jasad Ayahnya Hadi yang masih tertutup kain batik dan selimut di atas berangkar itu tapi tetap masih aku dorong dan masih dikawal kedua suster itu. Yang aku ingat dan aku perhatikan juga aku rasakan menunggu tiba ke ruangan jenazah itu yang pada saat itu rasanya lama sekali sampainya bagaikan melewati hutan rimba belantara berisi makhluk-makhluk yang hanya dapat melihat tapi tidak pada berbicara saja sepatah katapun, karena tegangnya itu dan bulu kudukku sepanjang perjalanan merinding secara terus menerus pula. Aku baru merasakan tegangnya seperti itu, tapi apa mau dikata aku sedang membantu keluarganya Hadi itu. Aku hanya bergumam. “Beberapa bulan yang lalu orang yang menghina dan mengkritik juga yang mengusirku ini sangat menyebalkanku dan membuatku kesal pula, tapi kini mayatnya aku dorong dan aku rawat hingga ketempat tujuan akhir.” Kataku mengusir keteganganku ini. 
Setelah tiba diruangan jenazah, aku juga heran. Disana ada beberapa orang yang sedang duduk dan beberapa petugas. Anehnya tidak ada satu orangpun yang menyapa kami ini. Mereka hanya dapat tatap menatap satu dengan yang lainnya saja dan tanpa satu katapun terucap dari mulutnya membuatku aneh sekali. Tapi aku tetap melanjutkan tugas sesuai perintah keluarga Hadi itu. Sosok mayat Pak Paiman itu lalu aku angkat ke dalam ruangan jenazah itu dan “Oh My God.!” Di dalam ruangan jenazah itu bau mayat alias bau tidak sedap, jika orang tidak kuat mental dan penciumannya aku yakin akan dapat (Ma’af) muntah karenanya. Aku juga dapat menyaksikan mayat-mayat yang lainnya ada yang seperti di es-kan dan ada yang disimpan seperti dalam laci, dan ada pula yang berbaring saja ditempat tidur itu. Aku dapat menyimpulkan dari sekian banyak mayat itu ada yang telah diketahui oleh keluarganya dan ada juga yang masih tidak diketahui oleh keluarganya itu terlihat dari tata dan cara merawatnya itu; ada yang terawat dan ada yang terabaikan. Pantas jika tadi Sari berpesan; Jangan sampai ada anggota badan Bapak yang di atopsi atau diambil oleh petugas itu. Aku juga turut merapihkan mayat Pak Paiman itu walau perasaan tegang juga karena dalam keremangan malam dan/atau pagi sekitar pukul 03:30 WIB., membuatku semakin tegang berada disekitar mayat-mayat itu. Aku benar-benar baru yang pertama kalinya, dan ingin berlari namun aku malu jika ditertawakan orang-orang karena takut mayat-mayat yang sangat banyak dan bau tidak sedap itu.
Setelah sekian lama Sari dan suaminya Polhut (Polisi Kehutanan) serta Hadi menyelesaikan administrasinya, kini Hadi juga tiba diruangan jenazah bersama petugas yang lainnya sementara Sari dan rombongan berbeda mobilnya. Aku sendiri setelah menyelesaikan administrasi diruangan jenazah itu harus tetap menemani jasad Pak Paiman itu dibagian belakang mobil ambulan yang kaca mobil ambulannya tidak tembus pandang keluar membuatku kaget pula hingga terbelalak kaget namun aku tahan sekuatnya pula. Aku harus tetap menemani mayat itu dibelakang disertai bunyi suara serine yang seperti menangis pula sementara Hadi di bagian depan bersama Drivernya itu, anehnya tidak bisa menghubungi Hadi dalam ambulan itu karena terpisah oleh sekat kaca yang sangat tebal pula. Aku sendiri sempat bingung menghadapinya dalam ketegangan seorang diri itu karena suster cantik bertugas hingga ruangan jenazah saja, kini aku yang harus menghadapinya sendirian saja di dalam ambulan itu. Akhirnya aku juga bergumam kembali. “Kurang ajar.! Gue sendirian aja dibelakang.! Mudah-mudahan kamu, Pak Paiman jangan bangun lagi didalam mobil ambulan ini.!! Kalau bangun lagi dan hidup lagi, gue telanjangin sekalian tahu rasa..!!” Gumamku dalam serba salahnya itu.
Selama perjalanan aku tidak dapat berbicara dengan siapapun termasuk dengan Hadi karena tertutup dengan kaca yang sangat tebal pula dan tidak tembus pandang, termasuk ke bagian luarnya itu, dan hanya sedikit saja bagian atasnya yang dapat melihat keluar. Aku benar-benar serasa diuji mental berhadapan dengan mayat didalam ambulan itu. Bayangan-bayangan hantu seperti yang sering tampil di film-film horror kini malah mulai terasa, mulai pada bermunculan serasa mayat itu juga duduk disampingku membuat bulu kuduk semakin merinding pula. Aku juga hingga tidak kuat menatap sosok mayat itu karena dalam bayangan dan fikiranku khawatir mayatnya itu dapat bangkit kebali dan memelukku ini sambil tertawa menyebalkan. Aku benar-benar merasa terjebak pula dalam kondisi dan situasi seperti itu.
Rasa tegang juga tetap masih aku merasakannya karena dalam ambulan bagian belakang itu hanya aku seorang diri seiring bulu kuduk tetap masih terasa tebal sekali. Yang serasa menyebalkan lagi orang-orang yang masih sedang berbelanja pagi di sekitar Pasar Kramat Jati itu juga serasa pada menghalangi jalan hingga tetap macet dan akibatnya mobil ambulan itu hanya dapat merayap saja menambah ketegangan di dalamnya itu karena mereka tidak dapat merasakannya jika hanya berduaan saja dengan mayat itu dalam keremangan pagi buta itu. Aku benar-benar serasa diuji mental, do’a dalam hatiku juga hanya “KURANG AJAR.!! CEPAT SAMPAI..!! CEPAT SAMPAI..!! CEPAT SAMPAI…!! CAMOOONNN..! HURRY UP..!! HURRY UP..!! PLEASE..!!!” karena merasa tegangnya itu. Pantas dalam film-film horror itu sosok tokohnya selalu sering stress menghadapinya, kini aku juga secara langsung mengalaminya hal yang sama dalam ketegangan itu, apalagi ini bukan rekayasa, tapi kenyataan pula. Keringat juga akhirnya pada keluar seiring ketegangan menemani mayat dalam satu mobil ambulan itu disertai bunyi suara serine-nya.
Setibanya dihalaman rumah Hadi, ketika pintu mobil ambulan itu dibuka aku yang masih tegang itu langsung meloncat sambil berbicara pada orang-orang disekitrarnya yang pada sedang menunggunya. “Pak. Silahkan mayatnya di dalam.” Kataku sambil membuka pintu mobil selebarnya dan aku sendiri langsung loncat dan bergerak menembus masuk kedalam kamar Hadi. Aku langsung berbaring melepas ketegangan itu sambil bernafas terengah-engah panjang sekali. Tampak terdengar dirumahnya Hadi itu juga kini cukup berisik karena banyak anggota keluarganya yang pada menangis pula ditinggal oleh Pak Paiman itu. Tidak lama kemudian Hadi juga masuk kamar dan berbaring denganku juga. Aku dan Hadi saling berpelukan ditempat tidur Hadi itu. Aku juga tidak tega melihat Hadi yang sedang berduka itu menangis. Aku peluk erat sekali dan bahkan aku cium kening dan pipinya dalam kasih sayangku ini.
=====o0o=====

Drug & Freesex
Tampak terdengar dirumahnya Hadi itu juga kini cukup berisik karena banyak anggota keluarganya yang pada menangis pula ditinggal oleh Pak Paiman itu. Tidak lama kemudian Hadi juga masuk kamar dan berbaring denganku juga. Aku dan Hadi saling berpelukan ditempat tidur Hadi itu. Aku juga tidak tega melihat Hadi yang sedang berduka itu menangis. Aku peluk erat sekali dan bahkan aku cium kening dan pipinya dalam kasih sayangku ini.
Aku tetap berusaha dan berjuang untuk mendapatkan pekerjaan kembali walau serasa lelah pula di atas kesabaran dan mentalku yang ternyata mebutuhkan mental yang sangat kuat pula; sepertinya berbagai masalah silih berganti silih bermunculan. Dan karena aku serta Hadi dan teman-teman juga pada telah memiliki jadwal jalan-jalan ke Singapore dan Malaysia menjelang hari lebaran, untuk melepas kepenatan aku dan Hadi serta kawan-kawan itu pada pergi ke Singapore, ingin tahu suasana lebaran di Singapore dan Malaysia itu bagaimana. Yang membuat heran Andrean dan BF-nya itu juga pada membeli bebapa minuman beralkohol di Singapore itu dan ukuran tabung-tabung botol minumannya sangat besar juga. Mereka pada tidak ada yang dapat mengetahuinya jika rombongan kami itu para pasangan Gay dan Bisex itu dan masing-masing memiliki pasangannya masing-masing pula.
Dan sekembalinya ke Indonesia, ketika aku bersilaturahim kerumahnya Andrean tempat pasangannya dengan BF-nya itu setelah hari lebaran, aku dikagetkan dengan sikap Hadi, Andrean dan teman-temannya itu, ternyata minuman beralkohol itu untuk kebutuhannya sendiri. Bersamaan dengan itu terdapat temannya tetangga teman kost-nya Andrean yang terlihat sangat tampan pula, bernama Harry, yang turut minum pula disana. Aku hanya menonton Televisi di dalam ruangan dan tidak turut minum-minum itu. Seiring bergulirnya waktu, tidak lama kemudian ketika aku sedang menonton Teleivisi itu bunyi suara pada muntah dan orang pada mabok terdengar semakin gencar dan ramai. Tampak ternyata Andrean muntah-muntah dan Harry yang ganteng itu juga muntah-muntah pula bersama yang lainnya. Bahkan Andrean dan Harry paling kronis hingga pada lemas dan tersungkur dilantai rumah kontrakan tempat kost-nya Andrean dan teman-temanya itu. Teman-teman Andrean ada beberapa yang tubuhnya sangat kuat dan tidak mabok dan mereka pada memasuki kamarnya masing-masing.
Dan Hadi sendiri walau minum sangat banyak tidak muntah-muntah dan tidak mabok membuatku heran pula dengan kondisi seperti itu. Dengan inisiatifnya masing-masing, Harry digotong dan sekaligus direbahkan tepat disamping kiri-ku yang masih menonton Televisi karena aku tidak turut minum itu, Andrean disamping Harry dan BF-nya, Hadi disamping kananku pula dan yang lainnya pada berpisah sesuai dengan kamarnya masing-masing pula. Aku juga sempat kaget menyaksikan sosok orang ganteng hingga kronis akibat minuman beralkohol itu. “Rick. Harry cakep ya.!” Kata Hadi membisik padaku yang berbaring disebelahnya Harry itu. “Ya. Ganteng banget dia itu. Kasihan dia sampai kojor begitu. Luar biasa kadar alcohol pada minuman itu. Loe kagak mabok, Di?” Kataku heran pula. “Ga. Gue kuat kalau minum, Rick.” Kata Hadi. 
Bersamaan dengan itu BF-nya Andrean “Aldo” meraba-raba perut Harry yang sedang terkapar mabok berbaring disampingku itu. Tidak perduli dengan Andrean BF-nya itu yang sedang terkapar mabok berbaring disebelahnya pula sambil muntah-muntah dan baunya tidak sedap. Aku sendiri tadinya heran pula dengan sikap BF-nya Andrean, Aldo itu, secara terang-terangan menyentuh tubuh laki-laki ganteng disamping BF-nya pula, apa karena sedang mabok pula, atau kebebasan berekspresi dalam selancar cinta terlarangnya itu. Anehnya Hadi juga yang terhalangi tubuhku berbaring itu tangannya turut meraba-raba tubuh Harry itu pula. Bahkan Hadi sambil berbicara. “Rick. Buka resluiting celana Harry.” Kata Hadi. Menyaksikan hal itu Aldo berhenti dan memperhatikanku ini bersama Hadi itu pula. Tapi kini malah Aldo yang membuka resluiting celana Harry itu.
Akupun hanya terdiam menyaksikan mereka itu. Dan Oh My God, Hadi mengajakku bercinta dengan Harry itu pula didepan orang-orang mabok termasuk Aldo yang kini malah serba salah pula. Seluruh pakaian Harry juga kini pada akhirnya pada dilepas dari tubuhnya, dan ternyata Harry juga merespon bercintanya itu pula, membuatku kaget. Kini kami pada bercinta orgy sesuai dengan keinginan Hadi itu yang selama ini diidam-idamkannya, apalagi sosok Harry itu seorang laki-laki paling ganteng yang berada di sekitar itu. Orgy terjadi diluar jadwal dan rencana dalam kepuasan nafsu sex kaum Gay/Bisex itu.
Sepertinya semuanya pada menikmati sosok tubuh Harry yang memang sedang mabok itu. Anehnya Andrean yang mabok juga lama-lama agak sadarkan diri dan turut bercinta pula bersama Aldo dan Harry juga. Yang membuatku aneh dan kaget lagi sosok tubuh Harry yang badannya ideal dan tinggi itu juga ganteng terlihat manly ternyata merespon yang lainnya dalam bercinta orgy sesama jenis yang bebas dalam freesex-nya itu pula. Freesex Orgy itu tanpa terkendali hingga pagi hari dan semuanya pada saling bercinta dalam kebebasannya, bagaikan orang-orang yang mabok drugs juga mabok asmara dalam hasyrat birahinya itu pula. Harry juga malah terlihat menikmatinya dan membuat yang lainnya semangat.
Dan keesokan harinya hanya aku yang baik pada Harry, aku juga sharing nomor Hand Phone sementara yang lainnya hanya pada diam dan pada bersikap seperti tidak pernah terjadi sesuatu dengan Harry, padahal telah terjadi orgy dalam ketiksadaran kaum Gay/Bisex itu sendiri karena sebelumnya dipengaruhi drugs yang beralkohol sangat keras itu. Aku dapat mengutarakan hal ini karena aku tidak minum minuman-minuman keras itu namun aku turut bercinta dengannya atas dasar saran dan ajakan Hadi dan Aldo itu sendiri, aku kini bagaikan diajarin oleh Hadi dan yang lainnya dapat bercinta sesama jenis, threesome dan lain-lainnya itu yang sebelumnya diluar fikiranku ini. Freesex Orgy dalam kebebasan ekplorasi sex yang cukup liar itu benar-benar diluar dugaan, pantas jika Hadi menginginkan hal seperti itu karena dapat saling ganti pasangan pula dalam kebebasan eksplorasi sex-nya itu pula sesuai dengan selancar hawa nafsunya dalam dunia Gay-Bisex yang masih terselubung namun nyata.      
Sesuai jadwal, Hadi berangkat kembali ke Balikpapan, Kalimantan Timur itu hendak melanjutkan tugasnya itu. Seperti biasa Hadi selalu menghubungiku setiap hari dan setiap malam juga. Aku juga di Jakarta masih suka menerima kontak dari teman-teman Gay/Bisex yang dari jejaring khusus itu termasuk Harry itu yang kini menganggapku sebagai abangnya sendiri. Aku berkawan dengan kaum Luth itu hanya sebatas teman sesuai dengan komitmen bersama dan tidak saling mengganggu satu dengan yang lainnya, berbeda dengan Hadi yang khusus untuk kepuasan sex-nya itu. Aku juga kadang-kadang makan bersama dengan mereka atas dasar undangan mereka itu. Aku perhatikan mereka menghargaiku mungkin karena aku telah cukup usia dan aku dijadikan Kakak-kakak oleh mereka itu, termasuk Harry itu. Namun aku tidak terfikirkan jika kesempatan untuk selingkuh juga sangat luas sekali karena jauh dari Hadi itu, tapi aku tetap setia pada Hadi itu. Lagipula jika mengundang teman juga akan diketahui oleh keluarganya Hadi yang jaraknya dekat sekali dengan rumah utamanya itu dan bahkan aku menginap dikamarnya Hadi dirumah utamanya pula, mungkin Ibu-nya Hadi juga akan laporan pada Hadi itu jika aku selingkuh.
Dan setelah tiga bulan berikutnya Hadi di Kalimantan, Hadi kembali lagi ke Jakarta. Namun kini seiring perkembangan terdapat keanehan pula. Hadi sering kontek-kontek orang curi-curi pandang dan menghindarkanku pula jika aku sedang bersamanya itu. Aku kesal memperhatikannya itu telah jelas yang dikonteknya itu pasti laki-laki idaman lainnya pula. Dan ternyata dugaanku benar sekalai. Aku terjadi perang mulut kembali dengan Hadi itu karena kini Hadi memohon ingin memiliki BF di KalimantanTimur itu selain aku sendiri, dengan alasan; daripada jajan dan bercinta dengan laki-laki yang tidak jelas. “Rick. Boleh ya gue pacaran di Kalimantan itu? Loe tetap BF gue di Jakarta.” Kata Hadi pada kesempatan malam itu membuatku kaget. “Loe gimana sih, Di. Punya hati dan perasaan ga sih loe, Di?” Kataku. “Justeru gue punya hati dan perasaan makanya gue bilang sama loe agar loe ga marah, Rick. Daripada gue jajan laki-laki ga sehat kan? Ga sehat untuk gue dan ga sehat untuk loe juga kalau gue bercinta sama loe nantinya. Gue milih punya pacar aja agar sehat selama disana aja. Kan gue nantinya kembali lagi ke Jakarta. Kembali lagi sama loe, Rick. Please ya Rick..!!” Kata Hadi. Sejenak aku termenung dan kesal juga pada Hadi itu.
“Sorry gue ga bisa ngomong, Di.” Kataku terdiam dan bingung juga menghadapi kepribadian Hadi itu. “Gue punya BF selama di Kalimantan aja, Rick. Gue tetap BF loe. Nanti gue janji kembali sama loe disini, Rick. Itu hanya untuk sementara aja, Rick. Loe ga mau kan kalau gue jajan laki-laki dan kena penyakit?” Kata Hadi. “Ga. Sebetulnya gue ga mau diselingkuhin, Di. Gue punya hati dan perasaan.” Kataku. “Ya iya sama gue juga puya hati dan perasaan. Itulah mengapa gue masih sayang sama loe. Loe juga disini kan aman-aman saja kan, Rick.” Kata Hadi. “Aman dari Hongkong? Kakak loe itu si Warti tetep suka kritik gue. Masalah makan dan masalah tinggal disini. Makanya gue suka puasa juga untuk mengurangi frequensi makan juga dirumah loe itu.” Kataku.
”Ya udah, nanti gue ngomong sama si Warti itu. Makanya do’ain gue juga agar gue lekas kembali ke Jakarta dan bersama loe lagi disini. Loe bantu ke Oom itu juga agar gue lekas dapat kembali ke Jakarta. Gue bisa hidup bersama loe lagi, Rick, disini seperti biasa.” Kata Hadi. “Gue hampir setiap hari puasa hingga dikatakan orang aneh sama orang-orang. Gue juga kan sekaligus bantu do’a loe juga agar loe lekas kembali ke Jakarta dan seperti dulu. Gue juga sering ke Oom agar loe bisa cepat ke Jakarta lagi kembali ke gue.!! Gue disini setia sama loe dan menunggu loe.!” Kataku. “Iya. Loe memang baik dan setia, Rick. Jadi setuju gue punya pacar lagi di Kalimantan itu kan? Hanya untuk sementara aja.” Kata Hadi membuatku bingung dan kesal menjadi satu pula.
Sejenak aku termenung rasanya berat sekali jika aku harus dipoligami atau dimadu seperti itu. Aku berfikir masa laki-laki dapat dipoligami seperti ini dan bagaimana perasaan yang memadunya dan yang dimadunya, juga laki-laki simpananannya itu, bagaimana perasaan mereka itu. Sementara aku hanya diam saja dan setia padanya itu dalam kesabaran yang nyata. Dengan berat hati aku bicara pula. “Boleh loe pacaran disana tapi hanya untuk sementara tugas di Kalimantan aja. Loe harus janji sama gue.” Kataku. “Iya, gue janji, Rick. Gue pacaran disana sama orang sana juga.” Kata Hadi. “Iya, gue tahu orangnya ko. Si Roby Kirana itu kan.!? Temen kost loe itu.” Kataku membuat Hadi terperanjat pula. “Loh, ko loe tahu sih nama dan tempat tinggalnya.!?” Kata Hadi matanya terbelalak pula. “Ga usah nanya gue. Dia masuk kemar loe juga kan dan difoto dengan kucing itu.” Kataku. “Loh. Ko loe tahu sih? Darimana loe bisa tahu, Rick? Siapa yang ngasih tahu?” Tanya Hadi. “Alllahh.. Ga usah nanya itu. Loe sering ketemu dia dan makan-makan juga sama dia kan?” Kataku. “Iya, iya, Rick. Ko loe bisa tahu itu sih.?” Kata Hadi heran dan menatapku tanpa kedip. “Kalau memang hanya untuk sementara loe ga apa-apa. Tapi ingat, kalau kembali lagi ke Jakarta loe tetap BF gue.!!” Kataku. “Iyaaa… Terima kasih Rick.” Kata Hadi kini memeluk dan mencium aku pula. Dengan berat hati aku harus mengambil keputusan itu karena aku benar-benar sedang galau pula dan posisinya serba salah pula.
.Aku sebetulnya mendapatkan semua informasi itu dari SMS-SMS dan report record kontak Hadi dari Hand Phone Hadi itu sendiri termasuk dari BB Hadi itu. Juga dari laptop Hadi ketika sedang dibuka dan Hadi sendiri lalai meng-off-kan laptop dan E-Mail-nya itu membbuatku semakin terbuka lebar mendapatkan database itu pula bahkan kini aku telah mengetahui jika Hadi akan berjalan-jalan “Honeymoon” dengan Roby Kirana itu ke Malaysia dan Singapore itu membuatku kesal dan jengkel. Bahkan Hadi juga telah membooking beberapa ticket pesawat bersama teman-temannya di Kalimantan itu pada akan berjalan-jalan ke Malaysia juga. Aku juga tahu jika Hadi bicara pada Roby itu membohong dan seakan-akan jika Hadi itu sosok single saja.
Kini nasi telah menjadi bubur sepertinya Hadi itu benar-benar tidak dapat dipercaya akan semua kata-katanya itu, hati dan perasaanku kini sakit dan tak tahu rasanya bagaimana lagi. Aku benar-benar serasa dibohongi dan dibodohi oleh Hadi tapi aku sepertinya tidak ada pilihan lagi, Aku harus dapat menerima kenyataan yang ada karena memang ternyata setelah lebih dari 10 tahun aku berpacaran dengan Hadi di dunia Gay/Bisex sepertinya tidak ada kesetiaan walau aku berusaha untuk setia. Aku selalu lemah dan selalu dibohongi walau aku telah setia demi seorang kekasih yang aku cintai dan aku sayangi itu selama ini. Aku menunduk dan merenung sambil memikirkan nasibku ini yang selalu dibohongi oleh Hadi itu yang jika dilihat dari penampilan sosok Hadi itu terlihat ramah tamah dan sopan, namun sebaliknya urusan hati dan perasaan Hadi itu sangat tidak sopan dan sangat tidak ramah pula mungkin terdorong emosi sex itu.
=====o0o=====

Alamat Mimpi
Ketika Hadi masih bertugas di Kalimantan Timur itu aku bermimpi bercinta dengan Hadi itu sendiri telah berulang kali termasuk mimpi yang aneh-aneh juga bukan hanya satu kali tapi berulang kali pula. Mimpi yang membuatku heran juga pernah aku mengalaminya. Aku juga tidak tahu pasti apakah mimpi itu sebagai alamat atau bukan. Namun bagiku cukup berfikir dalam dan serius pula. Adapun mimpi yang aku masih ingat sebagai alamat itu adalah sebagai berikut;
          Aku dan Hadi berjalan-jalan di kota Kalimantan Timur, sama dengan yang pernah aku lakukannya itu sebelumnya, berjalan-jalan dan berfoto-hoto bersama penuh dengan sukaria, penuh dengan candaria pula dalam batas kewajaran. Tetapi anehnya Hadi secara terus-menerus komunikasi di BB-nya itu. Dan ternyata online komunikasi di BB itu yang telah diberikan keleluasaan berkomunikasi itu disalahgunakan oleh Hadi.  Ternyata yang selama ini aku berikan keleluasaan menggunakan BB itu dipakai selingkuh pula sama dengan kenyataan yang ada dan sebenarnya itu pula. Hadi langsung menghampiri Roby Kirana yang telah menjemputnya secara terang-terangan dihadapanku dalam pandangan sinis Roby Kirana itu pula. Aku hanya terdiam dalam sabar menghadapi semua itu sambil menatap dan memperhatikan Hadi dan Roby yang berjalan ke dekat motor yang sedang diparkir dibawah pohon sangat besar dan bersulur panjang itu.
           Roby Kirana tampak terlihat penuh kebencian menatapku sambil merangkul Hadi, lalu berangkat berduaan dengan motornya itu. Hadi juga hanya tersenyum sinis menyaksikanku ini sambil memeluk Roby itu. Tapi aku mengejarnya dari bagian belakang dengan teman Gay/Bisex aku yang setia menemaniku dan tidak terlibat cinta lokasi maupun cinta terlarang denganku ini. Dan ternyata Hadi dan Roby telah menyewa kapal boat akan berlayar ke Singapore itu sekaligus bulan madunya juga. Di Singapore juga Hadi dan Roby penuh sukaria dan bercumbu bersama pula seakan-akan dunia itu hanya miliknya dan yang lainnya hanya mengontrak saja, bahkan Hadi dan Roby pada berciuman secara terang-terangan didepan umum itu pula. Hadi dan Roby bercinta juga secara bebas seakan-akan aku tidak dapat melihatnya padahal aku bersama teman-teman itu selalu mengikutinya pula akan apa yang akan diperbuat oleh Hadi dan Roby itu dalam sukaria selingkuhnya itu.
Hadi ternyata bercumbu rayu dan mengobrol serta berbohong pada Roby jika dirinya itu masih single dan baru berpacaran dengan laki-laki membuat Roby tertarik dan ingin memiliki sosok Hadi itu, apapun alasannya. Dan Hadi mengatakan jika aku ini sebagai teman, mantan BF-nya pula namun tinggal bersama keluarganya pula. Selama di Singapore Hadi dan Roby penuh dengan sukaria dan tak ubahnya seperti pengantin yang sedang berbulan madu, tanpa disadarinya aku sendiri sebagai pacarnya berada disekitarnya dan selalu mengikutinya secara terus menerus dibagian belakangnya. Aku hanya menarik nafas panjang dalam kesabaran yang nyata menyaksikan tingkah laku Hadi bersama pacar selingkuhannya itu, aku tidak dapat berbuat banyak karena masih bijaksana tapi hati dan perasaan ini yang mejadi korbannya itu.
Aku mengikuti Hadi kembali ke Kalimantan lagi bersama pesawat terbang. Namun tanpa diduga Hadi berpaling padaku kembali sambil berbicara. “Rick. Tempat kita di Kalimantan Timur ini seperti ini. Gue senang kerja disini karena gue udah punya pacar laki-laki juga, Roby Kirana yang dipanggil Aby itu.” Kata Hadi sambil menatap taman yang sangat lebar namun tidak ada pengunjungnya kecuali aku dan Hadi itu sementara Roby kini telah menghilang entah kemana. “Apapun alasannya loe harus ingat, Di. Loe pacaran dengan Roby Kirana hanya untuk sementara saja. Loe udah berulang kali berjanji sama gue jika loe itu pacar gue dan akan kembali lagi ke Jakarta dan kembali lagi ke gue disamping bekerja seperti biasa. Tempat ini juga kan pilihan loe memilih tempat seperti ini.” Kataku sambil menatap kesana kemari namun tetap tidak ada orang juga di taman yang sangat luas dan sangat lebar itu membuatku bertanya-tanya pula sambil menatap kesana kemari.
“Ya udah kita berjalan-jalan aja kesini Rick.” Kata Hadi sambil berdiri mengajakku berjalan. Aku juga mengikutinya dari bagian belakangnya. Dan anehnya taman yang sangat luas dan sangat lebar itu semakin kemari semakin aneh, berubah menjadi kebun bambu dan pohon-pohon raksasa bersulur pula membuatku heran pula. Hewan-hewan hutan juga terdengar sangat keras membuat buku kuduk menjadi merinding. Aku dan Hadi berjalan terus hingga petang hari dan memasuki rumah gubuk terbuat dari bilik bambu juga. “Rick. Disini tempat kita tinggal dan berteduh. Gue disini bersama Roby Kirana itu.” Kata Hadi sambil rebahan ditempat tidur terbuat dari bambu dan kasurnya dari kapas itu. “Oh, bagus juga tempatnya, Di. Sangat tradisional.” Kataku sambil menatap pada semua sisi dan pojok bangunan rumah bambu itu. “Iya. Gue suka tempat ini. Tempat mandi dan kakusnya ada dibagian belakang juga, Rick.” Kata Hadi sambil tiduran. “Oh. Iya nanti gue lihat dulu ya.” Kataku. Dan kemudian aku melihat kamar mandinya, ternyata bergenang air hujan dan air kolam serta air pesawahan membuatku heran pula sambil memperhatikan kamar mandinya itu yang terlihat kumuh pula.
Kemudian aku kembali ke kamar tidur, dan kini ternyata Hadi sedang bercinta dengan Roby juga membuatku kesal dan memperhatikan Hadi dan Roby yang sedang bercinta itu. Aku hanya berdiri dalam kesabaranku ini menyaksikannya itu. Setelah bercinta dengan Robby, kini Roby yang ,asih telanjang bulat itu tiba-tiba keluar dan Hadi menatapku yang masih menatap memperhatikannya pula. “Kenapa, Rick? Sini temenin gue disini.” Kata Hadi. Aku dengan kesal dan sabarnya melangkah dan berbicara. “Loe harus ingat, Di. Kita telah berjanji tidak akan saling mengkianati. Loe kan berulang kali selinguh tapi tetap ga pernah berubah pendirian loe itu kapan akan berubahnya, Di? Punya hati dan perasaan ga sih loe?” Kataku sambil terpaksa duduk disamping tempat tidur itu lalu menatap sosok Hadi yang kini hanya berselimut karena masih telanjang telah bercinta itu.
“Kan loe udah memberikan izin gue pacaran sama Roby itu. Sini temenin gue disini. Roby udah pergi ko.” Kata Hadi. “Iya. Tapi gue hanya memberikan izin loe pacaran sama Roby itu hanya untuk sementara saja.” Kataku sambil rebahan pula karena telah larut malam dan bunyi suara hewan-hewan hutan rimba belantara semakin terdengar sangat keras bagaikan seakan-akan berada disekeliling rumah bambu itu pula. Akupun rebahan dan dipeluk Hadi yang memeluk erat sekali. Hadi juga meraba-taba tubuhku sepertinya tidak perduli dengan bunyi suara hewan hutan rimba belantara itu yang terdengar sangat mengerikan dan sangat menyeramkan pula. Kini akupun bercinta dengan Hadi di dalam rumah gubuk bambu itu hingga pagi hari. Dan sepertinya disekitar tempat itu hanya aku dan Hadi, tidak ada rumah lain selain gubuk bambu itu.
Dan tepat pada jam 03:30 dini hari, aku berpamitan pada Hadi jika aku hendak ke kamar mandi sekalian akan mandi juga. Aku tidak perduli walau kamar mandinya tergenangi air dan tembus air hujan pula seperti itu. Secara perlahan-lahan aku memasuki kamar mandi yang terbuat dari bilik bambu juga dan aku menginjak kayu-kayu pohon sebesar betis kaki. Tampak kloset-nya untuk buang air besar itu sangat tradisional dan sangat berbahaya, terlihat sebagiannya tertutupi ranting-ranting dan daun-daun kering. Kayu-kayu pohon itu terlihat hanya beberapa saja dan disusun secara acak pula. Namun aku tetap melangkah dan menginjak kayu-kayu pohon itu. Bersamaan dengan itu aku dapat menyaksikan beberapa ular berwarna hitam sebesar betis kaki pula ukurannya sangat panjang melintasi dan berkeliling di dalam kamar mandi itu tapi aku tetap melangkahnya karena dini hari itu aku harus buang air besar. Aku sendiri befikir mengapa Hadi memilih tempat seperti itu. Tapi karena aku bersama Hadi, aku tidak mempermasalahkannya itu sebab tempat itu pilihan Hadi itu sendiri.
Aku seperti biasa layaknya orang yang akan buang air besar dan jongkok di atas kayu-kayu pohon itu sebab rancangannya seperti itu dan di bagian bawahnya hanya terlihat lubang kecil untuk pembuangan kotoran buang air besarnya itu. Dan disekelilingnya air itu yang menggenangi sekeliling kamar mandi pula, sementara dibagian luar sedang berlangsung hujan sangat deras hingga air hujannya dapat menembus kedalam kamar mandi dan gubuk bambu itu pula sebab atapnya terbuat dari daun-daun panjang yang tersusun saja. Namun baru saja aku jongkok dan membuka celana dalam, tiba-tiba BRAAKK..!! KROOKK..!! WUUUZZHHHBB..!! WUIIIZZHHHH..!! pohon-pohon kayu tempatku berpijak itu ambruk ke dalam lubang kecil itu, dan ternyata lubang kecil itu hanya jebakan, ketika aku terhempas dan terjelembab kedalam lubang sumur yang sangat dalam dan sangat gelap juga mengerikan itu sangat bau kotoran manusia pula. Masuk di akal karena sumur yang panjang kedalamannya itu ratusan meter itu tempat buang air besar Hadi dan Roby itu.
=====o0o=====

Teman Tapi Mesra
“Har. Ketika Harry diserang oleh kami itu dan bercinta apakah Harry juga menikmati bercinta orgy itu? Bagaimana perasaannya apakah kesal atau kaget.?” Kataku. “Ga tahu ya Bang, karena Harry tahunya dari Abang ini aja. Mereka pada gak pernah cerita juga sama Harry, Bang. Kesal sih kagak, Bang. Tapi waktu itu sempet kaget aja disekitar Harry tidur itu banyak cowok ganteng semuanya juga seperti Abang juga disampigku itu, dan kalau ga salah aku peluk Abang juga kan? Aku seperti dalam mimpi gitu-lah Bang.!” Kata Harry tersenyum tenang, terlihat berfikir pula. “Har. Ma’af, kalau boleh aku tahu, memangnya Harry suka sama sejenis juga?” Tanyaku ingin tahu. “Harry Bisex, Bang. Sekong..!! Harry juga pernah bercinta dengan perempuan di hotel ketika pulang sekolah. Juga dengan laki-laki. Dan sama Abang itu juga kan?” Kata Harry.
Mendengar jawaban pengakuan dari Harry akan rasa terselubungnya itu aku juga cukup kaget dan senang karena kini ada teman sesama Bisex dan senasib pula. “Oh. Kalau tahu gitu, dulu aku bisa bercinta dengan Harry lama. Sayangnya aku baru tahu sekarang, Har.” Kataku sedikit bercanda. “Haha. Bang.!” Kata Harry. “Ya, Har.” Kataku menatap Harry. “Abang punya DVD Gay atau Bisex ga?” Tanya Harry. “Oh. Ada. Salinan dari Hadi itu, dia koleksinya banyak banget dech, Har.!!” Kataku. “Boleh Harry lihat ga Bang? Nonton aja disini kan ga ada siapa-siapa, cuman kita berdua aja.” Kata Harry. “Bentar aku ambil dulu ya, Har.” Kataku sambil mengambil DVD-DVD Gay itu. Dan setelah mendapatkan DVD-DVD Gay itu kini aku dan Harry pada menontonnya pula berduaan aja tampak membuat Harry betah pula.

Dan setelah sekian lama menonton film itu, anehnya Harry itu langsung membuka pakaiannya sambil berbaring ditempat tidur itu. Aku juga menyaksikan tingkah Harry seperti itu hatiku semakin berdetak juga sambil menatapnya karena Harry itu juga benar-benar sexy sekali. Satu persatu pakaianya dilepas membuatku menjadi salah tingkah pula, tapi Harry sambil menonton film itu pula. “Bang. Abang kan diselingkuhin sama Mas Hadi itu. Sekarang balas dia Bang, Abang bercinta dengan Harry. Sini sama Harry, Bang.” Kata Harry sambil memegang alat vitalnya itu. Aku yang tadinya heran dan serba salah namun pada akhirnya kini aku juga membuka pakaianku dan menghampiri Harry yang sedang berbaring dan telanjang bulat itu pula. Harry sendiri langsung memelukku dan menciumi aku khususnya bibirku ini, lalu Harry membelai-belai tubuhku, sebaliknya akupun demikian dan Love Songs-pun kini terdengar menemaninya dari laptopku itu pula:

I'LL MAKE LOVE TO YOU
(Lirik lagu I’ll Make Love To You – Boyz II Men )

Close your eyes, make a wish
, And blow out the candle light
For tonight is just your night
, We're gonna celebrate, all thru the night
Pour the wine, light the fire
, Girl your wish is my command
I submit to your demands
, I'll do anything, girl you need only ask
I'll make love to you
, Like you want me to
And I'll hold you tight
, Baby all through the night
I'll make love to you
, When you want me to
And I will not let go
, 'Till you tell me to
Girl relax, let's go slow
, I ain't got nowhere to go
I'm just gonna concentrate on you
Girl are you ready, it's gonna be a long night
Throw your clothes (Throw your clothes) on the floor (on the floor)
I'm gonna take my clothes off too, I made plans to be with you
Girl whatever you ask me, you know, I could do
I'll make love to you
, Like you want me to
And I'll hold you tight
, Baby all through the night
I'll make love to you
, When you want me to
And I will not let go
, 'Till you tell me to
Baby tonight is your night
, And I will do you right
Just make a wish on your night
, Anything that you ask
I will give you the love of your life, your life, your life
I'll make love to you
, Like you want me to
And I'll hold you tight
, Baby all through the night
I'll make love to you
, When you want me to
And I will not let go
, 'Till you tell me to
I'll make love to you, Like you want me to
And I'll hold you tight
, Baby all through the night
I'll make love to you
, When you want me to
And I will not let go
, 'Till you tell me to.
=====o0o=====

Tester Random – Bersambung Summary 6
(Selengkapnya di buku bersangkutan)
=====o0o=====